Selain itu, proyek ini memerlukan anggaran tambahan untuk mengatasi tantangan topografi di wilayah dengan kontur tanah yang tidak rata. Hal ini membuat pilihan untuk beralih ke sistem girder konvensional lebih masuk akal dari segi finansial.
Meskipun perubahan desain ini mungkin mengejutkan beberapa pihak yang berharap melihat jembatan dengan tampilan yang lebih modern, jelas bahwa keamanan dan keberlanjutan proyek menjadi prioritas utama.
Dengan sistem girder konvensional yang lebih mudah dalam hal konstruksi dan pemeliharaan, pemerintah dapat memastikan bahwa jembatan akan berfungsi dengan baik selama bertahun-tahun tanpa mengorbankan faktor keamanan.
Keberadaan Jembatan Aek Tano Ponggol menjadi sangat penting bagi masyarakat Sumatera Utara, khususnya warga Pulau Samosir.
Jembatan ini adalah satu-satunya akses darat yang menghubungkan Pulau Samosir dengan daratan Sumatera.
Sebelumnya, masyarakat harus mengandalkan layanan perahu untuk mencapai Pulau Samosir, yang tidak hanya mahal tetapi juga kurang efisien. Dengan jembatan ini, akses menjadi lebih mudah dan murah, menguntungkan ekonomi sekitarnya.
Selain itu, Jembatan Aek Tano Ponggol juga membuka peluang investasi dan pariwisata di wilayah tersebut.
Dengan akses yang lebih baik, Pulau Samosir dapat menarik lebih banyak wisatawan, membuka lapangan pekerjaan baru, dan meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Sehingga, sementara desainnya mungkin berubah, manfaat yang diharapkan dari jembatan ini tetap besar.
Dalam konteks ini, perubahan desain menjadi contoh nyata dari kebijakan publik yang cerdas dan adaptif.