Sayangnya, proyek ambisius ini harus dibatalkan. Alasannya adalah bahwa pemerintah provinsi NTB masih fokus memulihkan perekonomiannya.
Perekonomian daerah ini mengalami penurunan drastis setelah gempa bumi berkekuatan 7 SR melanda pada tahun 2018.
Situasi semakin buruk ketika pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, yang mengakibatkan perekonomian NTB terjungkal.
Industri pariwisata, yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama masyarakat, hancur total. Banyak pengusaha terpaksa menutup bisnis mereka karena sepi dan kurang berkembang.
Namun, terdapat kabar terbaru yang menawarkan harapan bagi proyek jembatan terpanjang di NTB ini. Pada Juli 2023, Bupati Lombok Barat melakukan pertemuan penting dengan perwakilan dari perusahaan asal Amerika Serikat.
US Trade and Development Agency (USTDA) bersedia melakukan uji kelayakan proyek ini secara gratis. Tawaran ini merupakan angin segar bagi upaya mewujudkan proyek tersebut.
Mengapa Rencana Awal Gagal?
Rencana awal membangun jembatan terpanjang di NTB, yang akan menghubungkan dua pulau penting, sebenarnya telah menunjukkan potensi besar. Namun, berbagai faktor menyebabkan rencana ini gagal.
Biaya Konstruksi yang Menggelembung
Salah satu faktor kunci yang menghambat proyek ini adalah biaya konstruksi yang menggelembung.
Biaya per kilometer jembatan yang diperlukan jauh melebihi perkiraan awal, sehingga mencapai angka Rp17 triliun.