CilacapUpdate.com - Surabaya, sebuah kota yang begitu kaya akan sejarahnya, dengan bangga memegang predikat "Kota Pahlawan." Sebagai sebuah kota yang berperan besar dalam perjuangan melawan penjajah, Surabaya telah menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa bersejarah yang membentuk karakter dan semangat warganya.
Salah satu saksi bisu yang paling mencolok adalah Jembatan Merah, yang membentang megah di atas Kali Mas.
Mari kita membahas lebih dalam tentang sejarahnya, bagaimana jembatan ini menyaksikan peristiwa berdarah yang memantik semangat Arek-arek Suroboyo, dan bagaimana Jembatan Merah kini menjadi destinasi wisata yang menakjubkan di Kota Pahlawan.
Jembatan Merah: Sebuah Ikon Kota Pahlawan
Jembatan Merah, dulunya dikenal dengan nama Roode Brug, adalah salah satu ikon Kota Surabaya yang tak lekang oleh waktu. Bangunan ini berdiri megah di Jalan Kembang Jepun, Kecamatan Pabean Cantikan, dan menjadi salah satu saksi bisu dari sejarah panjang kota ini.
Dalam bahasa Belanda, Roode Brug berarti Jembatan Merah, dan identitasnya sebagai "Jembatan Merah" sangat tepat menggambarkan warna cat merah yang menjadi ciri khasnya. Jembatan ini pertama kali dibangun pada tahun 1809, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dengan panjang 40 meter dan lebar 20 meter yang menjulang di atas Kali Mas.
Pada tahun 1890, saat pemerintah Belanda masih berkuasa, Jembatan Merah mengalami perombakan besar-besaran. Pagar pembatas jembatan yang semula terbuat dari kayu diganti dengan besi.
Perubahan ini menandai transformasi besar dalam sejarah fisik jembatan. Namun, peran Jembatan Merah dalam sejarah tidak hanya terbatas pada konstruksi fisiknya. Jembatan ini memiliki peran penting dalam perjuangan Arek-arek Suroboyo melawan sekutu selama tahun 1945.
Jembatan Merah sebagai Saksi Perjuangan Berdarah