"Anak saya itu goblok, Gus! Saya terangkan tidak pernah paham!". "Bukankah sepeda motor itu butuh bensin? Harta kok menghabiskan harta kok disukai?!". "Jika pintar, Gus, harta itu menghasilkan harta yang lain".
"Contoh sapi, beranak pinak". " Berarti itu yang benda melahirkan benda lainnya". "Motor itu harta yang bodoh! Yang menghabiskan harta yang lain!". Pintar juga dia! "Kok Anda bisa begitu pintar, pak?"
Berarti orang yang punya mobil Alphard semua bodoh semua menurut dia. Karena harta ini menghabiskan harta lain. Harta yang bermanfaat itu yang melahirkan harta lain, seperti sapi.
Maka akhirnya: "Nak, ternyata bapakmu pintar".Ternyata Gus Baha kalah pintar. Ternyata kita harus tetap belajar. Kadang orang kampung bisa lebih pintar.
Baca Juga: Gus Baha Menjelasakan Syarat Taubat Agar Diterima Allah SWT, Baca Kalimat Ini Sebelum Istighfar
Jadi kita itu, namanya manusia, gak bisa ditebak. kadang orang awam seperti tadi bisa begitu pintar, sekarang, kita ingin harta yang berkembang atau berkurang? Berkembang! Mobil itu akhirnya semakin rusak atau semakin bagus? Makin rusak. Kalo sapi? Makin sering selingkuh kan makin untung.
Rasional mana, punya sapi atau motor? Lebih rasional sapi. Berarti yang punya motor tidak rasional. Jadi menurut sang bapak, anaknya itu bodoh. Untung saya (Gus Baha) ulama, jadi biasa mendengarkan dua belah pihak.
Jadi belum sampai kecelakaan (dalam mengambil sikap). Sama seperti poligami, logikanya begitu. Santri-santri yang sudah mapan mulai ingin poligami. "Menurut saya Gus, orang yang beristri satu itu bodoh". Kata yang ingin poligami.
Alasannya mau satu ataupun tiga, sama judesnya. Kalau sama-sama judes, lebih baik tiga, karena bisa tahu rasanya. Sementara orang yang tidak poligami beralasan, dimarahi satu istri saja sakitnya bukan main, apalagi dimarahi 3 istri. Tidak bisa dibayangkan dimarahi tiga istri. Sama-sama masuk akal. Begitulah alasan mereka.