Dalam pelaksanaannya, ketua dan teknisi yang melakukan segalanya. Mulai dari perawatan ketika terjadi kebocoran, hingga pembuatan sumur infus baru untuk mensupport sumur induk.
Pihaknya juga tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah dalam menjalankan BP SPAMS. Tidak sedikit aset yang dimiliki saat ini, seperti tanah yang digunakan untuk sumur induk adalah hasil hutang ke bank terlebih dahulu.
"Ada bantuan jalan, tidak dapat bantuan ya ngutang ke bank," ucap Kamin, bendahara BP SPAMS.
Hal tersebut (hutang bank) dilakukan, karena cita-cita pengurus ingin membuat BP SPAMS ini terus berkembang.
Atas keseriusan pengurus ini pula yang membuat pemerintah, baik daerah maupun pusat tidak segan memmberikan bantuan ratusan SR dalam empat tahun terakhir.
"Jumlah SR (pelanggan, red) terus bertambah setiap tahunnya. Oleh karena itu, kami juga harus menyediakan sumur induk baru
untuk memenuhi itu," imbuhnya.
Meski bisa berjalan mandiri, dia masih berharap bantuan dari semua pihak, terutama untuk pengembangan jaringan baru, sumur baru, hingga kebutuhan listrik sampai genset.
Karena selama lima tahun berjalan pengurus belum berani menaikan tarif langganan. Setiap kubik air, pelanggan hanya dibebani tagihan Rp 2.500. Setiap pelanggan sendiri rata-rata hanya mengkomsumsi 8 hingga 10 kubik perbulannya.