Hal tersebut sempat membuat pengurus putus asa. Tetapi karena desakan warga, khususnya 136 Kepala Keluarga (KK) di RW 9 Dusun Curug, yang sudah terdaftar sebagai pelanggan Sambungan Rumah (SR), akhirnya pengurus mencari jalan keluar.
Dalam waktu 1,5 bulan, pengurus menemukan sebuah alat saringan pasir cepat dengan metode sederhana. Alat tersebut terbuat dari toples bekas permen.
Dari alat sederhana tersebut, ternyata mampu menyaring zat besi dalam air untuk kemudian bisa dikomsumsi.
"Ketika kami mendapatkan dana sekitar Rp 1,6 juta, oleh kami langsung digunakan untuk membeli media yang lebih besar, yaitu drum plastik," imbuh Jasam.
Dalam perjalanan, ketika dinilai sudah mampu berjalan, salah satu inisiator, yakni Irawan mundur dari kepengurusan, dan menyerahkan sepenuhnya kepada empat pengurus tersisa.
Teknisi BP SPAMS Tirtasari, Ita menceritakan, pada tahun-tahun pertama pengurus rela tidak dibayar.
Karena dari omset sekitar Rp 4,5 juta saat itu hanya cukup untuk membayar tagihan listrik yang mencapai Rp 4 juta. Pengurus hanya mendapatkan uang operasional sebesar Rp 100 ribu perbulannya.
Baru ketika jumlah pelanggan bertambah, uang operasional pengurus bertambah, menjadi Rp 250 ribu, Rp 400 ribu, hingga Rp 1,5 juta pada saat ini.