Kendala langsung dihadapi BP SPAMS saat itu, ketika melakukan pengeboran mata air, bukannya air yang keluar, tetapi malah gas yang keluar. Usaha pertama gagal.
Keinginan ketersediaan air bersih menjadi semangat setiap pengurus. Meski gagal pada usaha pengeboran pertama, pengurus mencoba bersepekulasi.
Karena tidak ada mata air lain, mereka mencoba mengebor sumur dangkal yang letaknya tidak jauh dari sungai di Dusun Curug.
Pengurus sebenarnya tidak yakin atas ide tersebut, karena hal tersebut baru pertama kali diterapkan di program PAMSIMAS. Tetapi karena tidak ada potensi lain, upaya tersebut tetap dilakukan.
Mereka kemudian mengebor sumur di bantaran sungai dengan kedalaman 5 meter dari pemukaan, dengan kedalaman air hingga 4 meter.
Setelah sumur jadi, dikuras dan dites dengan pompa diesel dengan kapasitas 5 liter per detik akhirnya membuahkan hasil, air bisa keluar. Meski diambil selama 8 jam, sumur terus terus mengeluarkan air.
Persoalan tidak selesai hanya setelah air keluar dari sumur tersebut. Masalah baru muncul, ternyata air tersebut mengandung Fe atau zat besi yang terlalu tinggi!.
"Air berwarna kuning dan keruh, bahkan ketika di uji laboratorium pun tidak lolos atau tidak layak untuk dikomsumsi," ucap Ketua BP SPAMS Tirtasari saat ini, Jasam, ketika ditemui di Dusun Guling Badak, Desa Jambusari, Rabu 21 September 2022.