Namun, seiring berjalannya waktu, proyek ini menghadapi tantangan berat. Anggaran yang diperlukan ternyata meningkat pesat dari perkiraan semula.
Awalnya diestimasikan mencapai Rp100 triliun, namun Bappenas kemudian memperkirakan biayanya mencapai Rp225 triliun.
Pada tahun berikutnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa bahkan memperkirakan anggaran mencapai Rp200 triliun. Melihat angka yang terus membengkak, proyek ini semakin sulit untuk direalisasikan.
Pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, proyek ini akhirnya berakhir. Presiden Jokowi berpendapat bahwa pembangunan jembatan ini akan menghapus semangat kemaritiman yang kuat di Indonesia.
Dampak negatif yang dapat muncul dianggap lebih besar daripada potensi dampak positif yang mungkin diberikan kepada masyarakat.
Dengan penutupan resmi proyek Jembatan Selat Sunda ini, harapan akan pintu gerbang baru menghubungkan dua pulau terbesar di Indonesia harus diakhiri.
Meskipun mimpi megah ini tidak menjadi kenyataan, keputusan ini diambil dengan pertimbangan mendalam terhadap keseimbangan ekonomi, lingkungan, dan kepentingan nasional.***