Mengungkap Sejarah Panjang dan Kontroversi Bandara Internasional Jawa Tengah: Rebutan Dua Daerah

22 Oktober 2023, 18:40 WIB
Mengungkap Sejarah Panjang dan Kontroversi Bandara Internasional Jawa Tengah: Rebutan Dua Daerah/Dok. Instagram.com /

CilacapUpdate.com - Bandara Internasional di Jawa Tengah telah menjadi pusat perhatian selama beberapa dekade terakhir karena menjadi rebutan dua daerah yang berjuang untuk memiliki kontrol atas fasilitas vital ini.

Namun, sejarah panjang bandara ini dimulai sejak lebih dari 83 tahun yang lalu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah, peran strategis, dan kontroversi yang melibatkan Bandara Internasional Jawa Tengah.

Sejarah Awal dan Pembangunan Bandara

Pada tahun 1940, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun bandara di Jawa Tengah sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pertahanan militer mereka.

Bandara ini direncanakan sebagai fasilitas yang akan mendukung operasi militer di wilayah tersebut.

Meskipun terletak di daerah yang relatif terpencil, bandara ini memiliki peran strategis yang penting dalam pertahanan kolonial Belanda.

Namun, selama pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, bandara ini mengalami kerusakan serius. Jepang berhasil menghancurkannya, menghilangkan kemampuan militer Belanda untuk menggunakannya.

Namun, setelah Jepang menyerah, pemerintah Indonesia yang baru dibentuk memutuskan untuk membangun kembali bandara tersebut pada tahun 1942. Inilah awal dari peran bandara ini dalam sejarah penerbangan Indonesia.

Baca Juga: 7 Desa Unik di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah: Pesona Nama yang Membuat Anda Tertawa

Penggunaan Bandara untuk Kebutuhan Penerbangan Militer

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Bandara Internasional Jawa Tengah menjadi penting dalam mendukung kebutuhan penerbangan militer nasional.

Fasilitas ini digunakan untuk keberhasilan operasi militer, transportasi personel militer, dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Bandara ini menjadi elemen penting dalam menjaga kestabilan wilayah tersebut.

Penerbangan Sipil dan Peran Maskapai Garuda Indonesia

Pada tahun 1974, bandara ini mulai digunakan bersamaan dengan penerbangan sipil oleh maskapai Garuda Indonesia.

Ini adalah tonggak penting dalam sejarah bandara, karena saat itu penerbangan sipil mulai berkembang di Indonesia.

Meskipun pada saat itu penerbangan masih bersifat domestik karena belum banyak maskapai yang tersedia, langkah ini memperluas peran bandara tersebut.

Penetapan Sebagai Bandara Internasional

Tahun 1992 menjadi tahun penting dalam sejarah Bandara Internasional Jawa Tengah. Pada tanggal 31 Maret 1992, bandara ini secara resmi ditetapkan sebagai bandara internasional.

Ini membuka pintu bagi rute internasional dari dan ke bandara ini, terutama menuju Kuala Lumpur dan Singapura.

Sejak itu, Bandara Internasional Jawa Tengah telah menjadi salah satu pintu gerbang utama bagi perjalanan internasional dari dan ke Jawa Tengah dan wilayah sekitarnya.

Baca Juga: Kisah Mengejutkan dari Kampung Modo, Jawa Tengah: Desa Indah yang Menjadi Kutukan Bagi Pejabat

Spesifikasi Bandara

Bandara Internasional Jawa Tengah memiliki dua landasan pacu. Landasan pacu pertama memiliki panjang 4.000 meter, sementara landasan pacu kedua sepanjang 3.000 meter.

Spesifikasi ini memungkinkan bandara ini melayani berbagai jenis pesawat, termasuk pesawat besar yang digunakan dalam penerbangan internasional.

Rebutan Dua Daerah

Sekarang, mari beralih ke titik kontroversial yang mengelilingi Bandara Internasional Jawa Tengah saat ini.

Bandara ini telah menjadi subjek perdebatan dan perselisihan antara dua daerah yang mengklaim kendali atas fasilitas ini. Kontroversi ini menciptakan ketegangan yang berkembang selama beberapa tahun terakhir.

Daerah pertama yang mengklaim kendali atas bandara ini adalah Daerah A. Daerah ini berpendapat bahwa mereka seharusnya menjadi pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan operasi bandara ini, mengingat lokasi geografisnya yang berdekatan.

Mereka berpendapat bahwa bandara ini lebih berhubungan dengan kebutuhan penduduk di daerah tersebut dan pengembangan ekonomi lokal.

Sementara itu, Daerah B juga mengklaim kendali atas Bandara Internasional Jawa Tengah. Mereka berpendapat bahwa mereka telah berkontribusi secara signifikan dalam pengembangan dan pemeliharaan bandara selama beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Kereta Api Modern: Proyek Rel Layang Jawa Tengah untuk Memudahkan Perjalanan ke Yogyakarta, Biaya Rp980 Miliar

Mereka merasa memiliki hak untuk mengelola fasilitas ini dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengembangan dan pengoperasiannya.

Perselisihan antara dua daerah ini telah menciptakan ketidakpastian dan kompleksitas dalam pengelolaan bandara.

Upaya untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak hingga saat ini belum membuahkan hasil.

Hal ini memicu pertanyaan tentang bagaimana masalah ini akan dipecahkan di masa depan dan siapa yang akhirnya akan memiliki kendali atas Bandara Internasional Jawa Tengah.***

Editor: Achmad Ade Salim Kurniawan

Terkini

Terpopuler