Awalnya, anggaran yang diestimasikan hanya sekitar 125 miliar rupiah, namun perubahan skala dan tujuan menghasilkan biaya fantastis yang melonjak hingga 2,5 triliun rupiah. Dengan begitu, proyek ini tidak hanya menghadapi kendala teknis, tetapi juga kendala keuangan yang signifikan.
Puncak dari masalah ini terjadi pada tahun 2011 ketika proyek terhenti akibat longsor. Struktur tanah di lokasi yang rapuh menjadi penyebab utama longsor tersebut, mengakibatkan kemunduran signifikan dalam kemajuan proyek.
Pada saat terhenti, kompleks olahraga yang luas dengan area seluas 32 hektar ini sudah hampir mencapai setengah jalan, dengan sekitar 50 persen konstruksi gedung olahraga serbaguna selesai dan sekitar 75 persen dari bangunan lainnya juga sudah berdiri kokoh.
Namun, kisah tragis ini semakin kompleks ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan indikasi penyimpangan dalam proyek ini pada tahun 2012.
Dalam penyelidikan yang mendalam, terkuak bahwa beberapa pihak, termasuk Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu, Andi Mallarangeng, terlibat dalam skandal korupsi terkait proyek ini.
BPK melaporkan bahwa negara mengalami kerugian sebesar 706 miliar rupiah akibat praktik-praktik korupsi ini.
Meskipun sempat beredar kabar pada tahun 2020 bahwa proyek ini akan dihidupkan kembali dengan izin langsung dari Presiden Jokowi dan menjadi bagian dari rencana besar Desain Olahraga Nasional, tetapi nampaknya prioritas pemerintah telah berubah.
Baca Juga: Liburan Asyik Tanpa Kawatir Dompet! Lima Hotel Murah di Papua Barat Perlu Jadi Opsi Bagi Wisatawan!
Saat ini, fokus pemerintah terpusat pada proyek pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, sehingga mega proyek P3SON di Desa Hambalang sepertinya tertinggal dan terlupakan dalam daftar prioritas.