Perjalanan hidup Priyo tentu tidak indah seperti yang dilihat sekarang. Penuh lika liku dan ujian. Soal ini Prio memiliki prinsip tersendiri.
"Saat saya diberi ujian hidup seberat apapun, saya akan sowan ke para Kyai dan kedua orang tua saya. Karena saya ini santri, dan sampai kapanpun akan menjadi santri yang bergantung pada keridhoan Kyai dan mencari restu kedua orang tua, di situlah keberkahan ilmu dan kehidupan akan kita dapatkan," kata Priyo.
"Kedua orang tua saya juga hebat, meskipun ayah saya berprofesi sebagai sopir taksi selama puluhan tahun di Jakarta dan ibu saya sebagai penjahit, tekadnya dan perjuangannya untuk pendidikan anak-anaknya tidak diragukan lagi. Sangat ingin anaknya berada di Pondok Pesantren. Meskipun situasi dan kondisi saat itu terjadi krisis moneter di Indonesia," Prio menambahkan.
Ada satu pepatah yang dia pegang hingga saat ini. Pepatah ini yang membuatnya untuk cepat bangkit ketika jatuh.
"Sepandai pandainya tupai melompat, ia pasti akan jatuh juga, tapi namanya tupai ia akan melompat lagi kan," ujar Priyo sambil tersenyum.
"Begitulah hidup, kita harus memahami jati diri kita sendiri. Kita harus mencoba segala peluang yang ada. Jangan pernah takut dan jangan mau dianggap tak mampu oleh orang lain. Karena hanya kita yang mampu mengontrol arah dan jalan yang akan kita tempuh dengan mindset yang positif. Kalau kita jatuh segera bangkit, itu baru mental petarung," tutup Priyo.***