Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Terbesar Cilacap! Memahami Sejarah dan Budaya Dakwah yang Menginspirasi

25 September 2023, 21:15 WIB
Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Terbesar Cilacap! Memahami Sejarah dan Budaya Dakwah yang Menginspirasi/Masyaikh /

CilacapUpdate.com - Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kesugihan, yang terletak di Desa Kesugihan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, merupakan salah satu institusi pendidikan Islam yang memiliki sejarah panjang dan warisan budaya dakwah yang kaya.

Didirikan pada 24 November 1925 oleh tokoh ulama KH. Badawi Hanafi, pondok pesantren ini telah berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu, tetapi tetap setia pada semangat awalnya untuk menyebarkan keagamaan dan mencerdaskan bangsa.

Jejak Sejarah yang Mendalam

KH. Badawi Hanafi, tokoh utama di balik berdirinya Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan, lahir di kampung Brengkelan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sekitar tahun 1885 M. Ia merupakan bagian dari garis keturunan ulama yang panjang, dengan nasabnya yang dapat ditelusuri hingga zaman Mataram.

Baca Juga: Tradisi Sorogan dan Bandongan di Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kesugihan, Cilacap: Cara Unik Mengenal Al-Quran

Ayahnya, KH. Fadlil, adalah seorang pedagang pakaian yang lahir di Kota Purworejo pada tahun 1847. Beliau dikenal sebagai sosok yang religius, rajin berdzikir, dan senantiasa membawa tasbihnya.

Tidak hanya itu, KH. Fadlil juga terkenal sebagai pribadi yang murah hati, ramah, dan suka menolong fakir miskin. Beliau bahkan memberikan pinjaman kepada pedagang kecil tanpa mengharapkan keuntungan.

Meskipun memberikan pinjaman, beliau tidak pernah menagihnya, bahkan ketika memerlukannya.

Keseharian KH. Fadlil adalah berdagang kain, dan dalam sela-sela pekerjaannya, ia aktif dalam berdakwah Islam.

Beliau hijrah ke Kesugihan pada tahun 1910 dan tinggal di dusun Salakan, di sebelah utara lapangan sepak bola Kesugihan saat ini. Selanjutnya, pada tahun 1914, beliau pindah ke dusun Platar, sebelah selatan stasiun Kereta Api Cilacap.

Sebuah peristiwa penting terjadi pada tahun 1923 ketika gempa bumi yang sangat dahsyat melanda. Meskipun banyak bangunan yang roboh, mushola yang dikenal sebagai "Langgar Duwur" yang didirikan oleh KH. Fadlil tetap kokoh.

Baca Juga: Berkah Kyai! Priyo Anggoro, Santri Al-Ihya Kesugihan Cilacap Sukses Jabat Komisaris BUMN di Usia Muda

Keajaiban ini menciptakan ketenaran bagi langgar tersebut. Bahkan, Adipati Cilacap saat itu, R. Cakra Wardaya, menyatakan bahwa tempat itu akan menjadi lokasi untuk mendirikan Masjid Besar di masa depan.

Pada tahun 1936, dengan bantuan dari Mbah KH. Badawi Hanafi, keluarga, santri, dan masyarakat, Masjid Besar akhirnya berdiri di pondok pesantren tersebut.

Namun, pada tahun 1927 dan 1937, Mbah KH. Badawi Hanafi dan ibunya, Nyai H. Fadlil, meninggal dunia, meninggalkan warisan besar dalam bentuk pondok pesantren yang berfokus pada keagamaan dan budaya dakwah.

Perjalanan Perubahan Nama

Pada awalnya, pondok pesantren ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Kesugihan. Namun, pada tahun 1961, namanya diubah menjadi Pendidikan Dan Pengajaran Agama Islam (PPAI), dan pada tahun 1983, berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin.

Perubahan nama ini dilakukan oleh KH. Mustolih Badawi, putra dari KH. Badawi Hanafi, sebagai penghormatan kepada ayahnya yang sangat mengagumi karya monumental Imam Al-Ghozali, yaitu Kitab Ihya 'Ulumiddin, yang berbicara tentang pembaharuan Islam.

Baca Juga: KH Mustofa Aqil Pastikan Hadiri Acara Harlah JP3M Nusantara Ke 7 di Ponpes Al Ihya Kesugihan Cilacap

Keberadaan di Masyarakat Plural

Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan berada di tengah masyarakat yang beragam, terdiri dari nelayan, pedagang, petani, wiraswasta, dan pegawai negeri.

Secara geografis, lokasinya dekat dengan pusat kota Cilacap. Kondisi ini mempengaruhi perkembangan pesantren dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur tradisi keagamaan.

Di tengah keragaman ini, para Kyai di wilayah Kesugihan memegang peran penting dan identik dengan Kota Santri.

Letak geografis seperti ini memberikan inspirasi kepada Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin untuk berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

Pendekatan agraris dan kelautan dipilih untuk lebih dekat dengan masyarakat sekitar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan peran pesantren sebagai agen perubahan yang mampu membawa dampak positif pada masyarakat.

Menerangi Masa Depan

Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan terus memainkan peran penting dalam memperkuat tradisi keagamaan dan budaya dakwah.

Melalui pendidikan agama Islam yang diberikan, pesantren ini telah mencetak generasi-generasi santri yang berkomitmen pada nilai-nilai keagamaan dan memahami pentingnya peran mereka dalam masyarakat yang beragam.

Dengan sejarah panjangnya, pondok pesantren ini adalah bukti nyata dari semangat dan dedikasi para ulama dalam melestarikan kearifan lokal dan mengembangkan pendidikan Islam.

Selain itu, peran pesantren dalam memberikan pendidikan agama dan nilai-nilai luhur kepada masyarakat sekitar adalah langkah positif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan tetap menjadi sumber cahaya bagi mereka yang mencari ilmu dan kebijaksanaan.

Baca Juga: Pondok Pesantren Al Ihya Kesugihan Jadi Ponpes Tertua dan Terbesar di Cilacap, Ini Profil dan Sejarahnya

Dengan semangat yang diteruskan dari generasi ke generasi, pesantren ini akan terus berperan sebagai salah satu penjaga tradisi dan agen perubahan dalam masyarakat.

Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren ini akan tetap menerangi masa depan dengan warisan yang telah ditinggalkan oleh para pendiri dan ulama.***

Editor: Siyam

Sumber: Al Ihya Ulumaddin

Tags

Terkini

Terpopuler