PRMN x Eiger Mengulas 4 Skill Fundamental Liputan Bencana pada Journalist Camp 2023

7 Desember 2023, 23:39 WIB
Berkarya di Medan Sulit: Journalist Camp 2023 PRMN x Eiger Mengulas 4 Skill Fundamental bagi Jurnalis /

CilacapUpdate.com Eiger, sebuah brand lokal yang terkenal berasal dari Bandung, menyelenggarakan acara kolaborasi perdana mereka dengan Pikiran Rakyat Media Network. Ini terutama ditujukan untuk mitra PRMN di wilayah Jawa Timur dan Bali, yakni acara Journalist Camp 2023 dengan tema Innovation, People & Nature.

Pentingnya penyelenggaraan Journalist Camp 2023 di Green Rock Campervan, Jl. Coban Rondo, Jurangrejo, Pandesari, Kec. Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada jurnalis PRMN. Ini bertujuan agar mereka dapat menguasai teknik peliputan di alam dan menghadapi kegiatan di luar ruangan dengan lebih baik. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan mitra PRMN di Jawa Timur dan Bali dengan Eiger.

Bagi seorang jurnalis, terutama yang beroperasi di lapangan, kesiapan yang tinggi merupakan suatu keharusan, terutama saat meliput di lokasi bencana. Persiapan tersebut tidak hanya mencakup aspek fisik dan mental, tetapi juga melibatkan penggunaan peralatan yang mendukung keselamatan di lingkungan alam bebas. Fokus ini menjadi sorotan utama yang disampaikan oleh Eiger melalui Journalist Camp 2023 yang diadakan bersama PRMN.

Baca Juga: Cuma di Shopee Finest, ROUNN Luncurkan Koleksi Tas Terbaru dan Terbaik dengan Promo Spesial

Oleh karena itu, sesi pertama dalam rangkaian kegiatan ini membahas tema 'Persiapan Meliput di Lokasi Bencana: Memastikan Keselamatan di Lingkungan Alam Terbuka.' Materi tersebut disampaikan oleh Galih Donikara, seorang pegiat alam yang juga menjadi perwakilan dari Eiger.

Sebagai seorang tokoh senior dalam dunia pendakian gunung, Galih Donikara juga memiliki prestasi sebagai salah satu warga Indonesia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia, yaitu Gunung Everest di Nepal.

Dalam pandangannya, Galih Donikara membagikan beberapa tips krusial bagi para pemula yang ingin meliput di lokasi bencana, dengan tujuan menjaga keselamatan mereka selama proses pengambilan liputan. Galih menjelaskan bahwa Eiger telah berkomitmen untuk menyediakan dukungan yang diperlukan, sehingga para jurnalis dapat bekerja dengan kenyamanan dan keamanan yang optimal saat melaksanakan tugas mereka.

Dalam konteks keberlanjutan lingkungan, Eiger belakangan ini aktif dalam berbagai podcast dan liputan untuk menegaskan komitmennya terhadap alam. Salah satu inisiatifnya adalah mengadopsi Gunung Kembang dan menjadikannya sebagai gunung terbersih di Indonesia, sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

"Keberpihakan itulah yang sedang kita galang ke depan, bahwa keberpihakan kita terhadap alam ini tidak sebatas hanya menjadi eksplorasi wisata saja, tanpa mengurus kebersihan," ungkapnya.

Eiger, sebagaimana diungkapkan oleh Galih, telah menjalin kerja sama untuk menjaga kebersihan gunung di kawasan Wonosobo, Jawa Tengah. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah penerapan peraturan yang tegas dan konsisten terhadap para pendaki yang membuang sampah sembarangan di gunung tersebut. Ini merupakan upaya nyata Eiger dalam memelihara kelestarian lingkungan alam melalui tindakan konkret di lapangan.

"Kenapa kita melakukan itu? Pertama uji coba produk dan kedua memberikan manfaat kepada masyarakat melalui informasi dan lain-lain," ucapnya.

Lebih lanjut, Galih menekankan bahwa ketika berkegiatan di alam bebas, baik itu dalam konteks olahraga maupun penanganan bencana, situasinya tetap menyimpan potensi risiko yang perlu diwaspadai. Dia menggambarkan dengan istilah bahwa alam itu sendiri membawa potensi bahaya, sementara perilaku manusia bisa menjadi pemicu bahaya. Galih juga menyampaikan pandangan bahwa hubungan manusia dengan alam melibatkan kesulitan alamiah, sementara interaksi antarmanusia cenderung lebih rumit.

Penting untuk memahami hal ini dengan baik, seperti pada contoh saat akan mendaki Gunung Tangkuban Perahu. Meskipun kemungkinan bahayanya masih dapat diatur atau diprediksi, namun tetap perlu dilakukan dengan hati-hati. Meskipun Gunung Tangkuban Perahu mungkin nampak aman, namun dapat menjadi berbahaya jika kita tidak berhati-hati, seperti tidak membawa perlengkapan yang memadai atau melakukan kegiatan di saat hujan yang dapat meningkatkan risiko dan bahaya. Oleh karena itu, kesadaran dan kewaspadaan mutlak diperlukan dalam berinteraksi dengan alam, bahkan pada lokasi yang mungkin dianggap relatif aman sekalipun.

"Banyak hal-hal yang terjadi di dalam kegiatan di alam bebas itu karena faktor bahaya yang ditimbulkan oleh kita,"tandasnya, sambil menegaskan urgensi kegiatan belajar dan berdiskusi sebelum memasuki alam terbuka untuk mengurangi risiko. Ini mencakup persiapan dengan melengkapkan perlengkapan dan persediaan yang memadai, serta melakukan pelatihan fisik dan mental untuk meminimalkan potensi bahaya yang mungkin dihadapi selama kegiatan di alam bebas

"Dokter kami menyarankan dalam satu minggu itu kita harus melatih tubuh sebanyak 150 menit, kalau dibagi enam berarti seharinya 25 menit. Latihannya apa? Ya jalan kaki aja yang penting kan bugar," lanjutnya.

Selanjutnya, yang kedua adalah technical skill, yang terkait dengan tempat di mana kita akan menjalankan tugas. Diperlukan usaha untuk mengumpulkan informasi rinci tentang kegiatan tersebut, termasuk peralatan yang dibutuhkan, teknik bertahan hidup, informasi medis, dan rincian lainnya. Sebagai contoh, ketika hendak mendaki gunung, penting untuk menguasai teknik bertahan hidup di hutan. Begitu pula, jika kita akan menyusuri sungai, sangat penting untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan tersebut.

Baca Juga: Ini Dia Ide Bisnis dengan Modal 1 Juta yang Menguntungkan di Tahun 2024, Apa Saja?

Kemudian, keterampilan fundamental berikutnya adalah human skill, di mana ketika kita datang ke lokasi bencana, penting untuk memahami adat istiadat setempat atau dengan kata lain, mampu beradaptasi dengan masyarakat setempat. Selanjutnya, ada improvement skill yang berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan lingkungan di lokasi bencana, baik secara umum maupun aspek-aspek khusus yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki.

Galih menekankan bahwa melaksanakan liputan memiliki risiko tinggi, oleh karena itu, perlu dilakukan upaya maksimal untuk meminimalkan risiko dengan persiapan yang matang. Penting untuk menghindari kecerobohan dan tidak bersikap sombong yang dapat mengundang bahaya. Kesadaran akan resiko, kesiapan, dan sikap yang bijaksana adalah kunci dalam menjalankan tugas liputan di lingkungan yang potensial memiliki risiko tinggi.

Untuk mengurangi kecerobohan sebagai pemula, langkah pertama yang penting adalah mencari informasi dan data terkait dengan lokasi yang akan dikunjungi. Hal ini mencakup mengetahui lokasi gunung yang akan didaki, termasuk letaknya, ketinggian, karakteristik gunung tersebut, jenis jalur pendakian, tingkat kesulitan tanjakan, estimasi waktu yang diperlukan, serta informasi mengenai siapa saja yang akan mendaki bersama. Selain itu, penting juga untuk mengetahui lokasi puskesmas atau kantor polisi terdekat sebagai bagian dari persiapan darurat. Semua informasi ini membantu meminimalkan risiko dan membuat pemula lebih siap dan sadar akan lingkungan yang akan dihadapi.

Selanjutnya, persiapan perlengkapan menjadi langkah penting, terutama dalam era teknologi yang semakin maju. Saat menuju lokasi, kita dapat membawa tas yang ringan dengan pakaian teknologi quick dry yang memudahkan pengeringan. Perlengkapan lain yang tidak kalah pentingnya adalah perbekalan, termasuk membawa makanan kunci yang dapat meningkatkan selera makan ketika kondisi tubuh tidak ingin makan. Dengan demikian, pemilihan perlengkapan yang tepat dapat memberikan kenyamanan dan efisiensi selama perjalanan di alam bebas.

Terutama saat mendaki gunung, penting untuk memperhatikan aspek makanan karena pada ketinggian, selera makan cenderung menurun. Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh pria asal Bandung ini, setiap kenaikan ketinggian sebanyak 1000 meter menyebabkan penurunan kadar oksigen sebesar 10 persen. Sebagai contoh, jika mendaki Gunung Everest yang memiliki ketinggian 8000 meter, ini berarti kadar oksigen dapat berkurang sekitar 20 persen. Oleh karena itu, persiapan makanan yang tepat menjadi kunci penting untuk memastikan kecukupan energi dan nutrisi selama mendaki di ketinggian.

Selain itu, ada hal yang perlu dipelajari dari warga Jepang, negara yang sering menghadapi bencana. Masyarakat Jepang, dari anak-anak hingga lansia, memiliki pemahaman yang baik tentang cara menyelamatkan diri. Setiap keluarga di Negeri Sakura diwajibkan memiliki tas siaga bencana, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar selama tiga hari ketika bencana terjadi. Pendekatan ini menunjukkan kesadaran tinggi terhadap kesiapan dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi saat menghadapi situasi darurat.

Saat bencana terjadi, masyarakat Jepang dapat dengan cepat mengambil tas siaga dan pergi menyelamatkan diri. Tas siaga ini terdiri dari beberapa kompartemen yang dirancang untuk menyimpan alat medis, makanan awet berenergi, jas hujan plastik, terpal, dry bag, dan berbagai perlengkapan lainnya. Sistem ini mencerminkan kesiapan yang terstruktur dan kesadaran akan kebutuhan mendesak selama situasi darurat, memungkinkan masyarakat untuk merespons dengan cepat dan efisien saat menghadapi bencana.

Eiger juga telah meluncurkan tas siaga bencana khusus untuk para jurnalis yang melaksanakan tugas liputan. Tas ini dilengkapi dengan berbagai fungsi kompartemen yang dapat dimanfaatkan, memastikan perbekalan selama kegiatan liputan tetap terjaga dengan baik. Inisiatif ini menunjukkan perhatian Eiger terhadap keamanan dan kesiapan para jurnalis di lapangan, memungkinkan mereka untuk bekerja dengan lebih efektif dan aman dalam mengatasi situasi darurat.

"Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita konsisten mengisi dan menambah, itu yang menjadi kebiasaan orang Jepang. Setiap tiga hari diperiksa, dicek ulang. Bagaimana kita paham betul akan perlengkapan yang kita butuhkan, tidak mengada-ngada, sesuaikan dengan diri kita," pungkasnya.***

Editor: Lutfi Ramadhan

Tags

Terkini

Terpopuler