Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya: Sejarah 65 Tahun Operasi Menuju Keemasan Kalimantan Tengah

5 Oktober 2023, 07:10 WIB
Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya: Sejarah 65 Tahun Operasi Menuju Keemasan Kalimantan Tengah/Dok. Instagram.com @bandaratjilikriwut /

CilacapUpdate.com - Bandara Tjilik Riwut, yang terletak di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, adalah salah satu landasan udara paling bersejarah dan megah di wilayah tersebut.

Bandara ini telah beroperasi selama 65 tahun, mengalami perubahan signifikan dalam sejarahnya, termasuk perubahan nama yang penuh makna.

Sebagai salah satu bandara terbesar di Kalimantan Tengah, Bandara Tjilik Riwut mengalami perkembangan besar dalam infrastruktur dan potensinya sebagai bandara internasional.

Sejarah panjang bandara ini dimulai pada tahun 1958 ketika Pelabuhan Udara Panarung pertama kali didirikan.

Pada awalnya, bandara ini melayani pesawat Twin Otter, dan menjadi aset yang sangat penting bagi wilayah Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Jembatan Hasan Basri: Sejarah 28 Tahun Penyambung Kalimantan Tengah yang Diambil dari Nama Mantan Ketua MUI

Pada tahun 1973, kepemilikan bandara diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI, menandai fase baru dalam pengembangannya.

Perubahan nama menjadi Bandara Tjilik Riwut terjadi pada 10 November 1988, pada hari peringatan Pahlawan Nasional.

Nama baru ini diambil dari Tjilik Riwut, seorang pahlawan nasional Indonesia yang juga seorang pecinta alam dan anggota KNIP.

Tjilik Riwut adalah seorang putra Dayak dari Suku Dayak Ngaju yang berjuang keras selama masa kemerdekaan Indonesia. Penggantian nama ini adalah penghormatan yang pantas untuk seorang tokoh bersejarah seperti Tjilik Riwut.

Selama beberapa dekade berikutnya, Bandara Tjilik Riwut mengalami perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2019, bandara ini mendapatkan terminal baru yang resmi dioperasikan dan diresmikan oleh Presiden Jokowi.

Baca Juga: 5 Kampus Islam Negeri di Indonesia yang Meraih Peringkat Teratas, Salah satunya Ada di Kalimantan Tengah?

Pengembangan ini menghabiskan dana sebesar Rp700 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dana tersebut digunakan untuk memperluas terminal dan memperpanjang landasan pacu hingga mencapai 3.000 meter x 45 meter. Terminal baru ini memiliki luas mencapai 29.124 meter persegi, menunjukkan komitmen untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang.

Perubahan besar ini juga sejalan dengan upaya untuk mengusulkan Bandara Tjilik Riwut sebagai bandara internasional di masa depan.

Hal ini akan membuka peluang bagi wilayah Kalimantan Tengah untuk menjadi pintu gerbang utama bagi wisatawan internasional yang ingin menjelajahi keindahan alam dan budaya unik di Kalimantan Tengah.

Bandara ini dapat menjadi magnet bagi investor dan pelaku bisnis, memajukan ekonomi wilayah tersebut.

Baca Juga: Mana Lebih Sepi di Kalimantan Tengah, Antara Murung Raya atau Sukamara Mana Lebih Sedikit Penduduknya?

Selain sebagai bandara yang memfasilitasi perjalanan udara, Bandara Tjilik Riwut juga memiliki nilai simbolis yang dalam.

Nama Tjilik Riwut yang diabadikan dalam bandara ini mengingatkan kita pada sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan.

Ini juga merupakan penghargaan kepada seorang pahlawan yang berasal dari suku asli Indonesia, Suku Dayak Ngaju. Hal ini mempromosikan inklusivitas dan pluralisme, memperkuat keragaman budaya Indonesia.

Bandara Tjilik Riwut bukan hanya sebuah tempat pendaratan pesawat, tetapi juga sebuah monumen sejarah, pusat konektivitas, dan pintu gerbang menuju Kalimantan Tengah yang semakin maju.

Dengan sejarahnya yang panjang dan pengembangannya yang terus berlanjut, bandara ini adalah aset berharga bagi wilayah dan negara secara keseluruhan.

Baca Juga: Di Kalimantan Tengah Ada 6 Kampus yang Meraih Peringkat Dunia Versi UniRank 2023, Cek Universitas Kamu!

Dengan upaya untuk menjadi bandara internasional, Bandara Tjilik Riwut siap untuk mengangkat Kalimantan Tengah ke tingkat yang lebih tinggi dalam hal pariwisata, ekonomi, dan konektivitas global.***

Editor: Achmad Ade Salim Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler