Namun, karena perkembangan yang pesat, akses yang lebih dekat ke pusat Karisidenan, serta jalur kereta api strategis yang menghubungkan Cirebon, Purwokerto (dari utara), dan Bandung, Kroya akhirnya naik status menjadi distrik sendiri.
Setelah masa kemerdekaan, wilayah Cilacap bagian timur mengalami pemekaran sekitar tahun 1980-an. Kroya, yang semula menjadi distrik, akhirnya terbagi menjadi beberapa kecamatan, termasuk Kroya, Adipala, Nusawungu, Sampang, dan Binangun.
Kroya Hari Ini: Demografi dan Kehidupan Sehari-hari
Masyarakat Kroya mayoritas menggunakan Bahasa Jawa Sumpiuh, dan mayoritas penduduk adalah suku Jawa Banyumasan. Namun, juga ada suku pendatang seperti Sunda, Madura, Manado, Minang, dan Batak yang telah bermukim di sini selama lebih dari 50 tahun.
Etnis Tionghoa juga memiliki keberadaan yang signifikan di Kroya, terutama dalam sektor perdagangan.
Kehidupan beragama di Kroya tercermin dalam kondisi kerukunan umat beragama yang baik. Penduduk Kroya menganut berbagai agama, dengan mayoritas Muslim, serta ada pula penganut Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha.
Tempat peribadatan seperti masjid, mushola, gereja Katolik, gereja Protestan, dan vihara tersebar di seluruh kota.
Dalam hal pendidikan, Kroya memiliki sejumlah sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, serta lembaga pendidikan informal seperti kursus bahasa, komputer, menjahit, sopir/montir, dan lainnya. Prasarana kesehatan juga tersedia, termasuk rumah sakit, puskesmas, polindes, dan posyandu.
Baca Juga: Kawasan Rumput Ilalang di Ujung Runway Bandara Tunggul Wulung Cilacap Alami Kebakaran
Transportasi dan Perekonomian yang Berkembang
Kroya memiliki fasilitas transportasi yang cukup memadai, termasuk stasiun kereta api yang menjadi salah satu yang terpadat di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Fasilitas transportasi darat mencakup jaringan jalan sepanjang 209,9 km, dengan sebagian besar berupa jalan beraspal.