Akibatnya, mereka ditempatkan dalam situasi yang penuh tekanan dan sering kali mengalami perlakuan yang tidak manusiawi.
Kondisi penahanan yang buruk, termasuk kurangnya gizi dan perawatan medis yang memadai, menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Banyak tahanan politik menghadapi kelaparan, penyakit, dan penderitaan lainnya.
Sayangnya, berbagai laporan menyebutkan bahwa sejumlah tahanan politik di Pulau Nusakambangan meninggal akibat kondisi penahanan yang buruk.
Kondisi ini mengekspos pelanggaran hak asasi manusia yang serius dan kekejaman yang terjadi di belakang dinding penjara.
Hal ini menciptakan gambaran tentang pelanggaran hak asasi manusia dan ketidakadilan dalam sistem hukum Indonesia pada masa itu.
Pulau Nusakambangan dalam konteks era Suharto menjadi simbol dari represi politik dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia.
Penggunaan pulau ini sebagai tempat penahanan tahanan politik dan pembangkang menggarisbawahi kebijakan represif pemerintah terhadap segala bentuk oposisi politik selama periode orde baru.
Meskipun era Suharto telah berakhir, kenangan tentang penggunaan Pulau Nusakambangan sebagai tempat penahanan politik yang penuh penderitaan tetap menjadi bagian dari sejarah kelam Indonesia.
3. Peristiwa Pengungsi Afganistan
Pada tahun 2001, Pulau Nusakambangan menjadi lokasi yang terlibat dalam penanganan sekelompok pengungsi Afganistan.