Pondok Pesantren Al Ihya Kesugihan Jadi Ponpes Tertua dan Terbesar di Cilacap, Ini Profil dan Sejarahnya

- 18 November 2022, 09:03 WIB
Pondok Pesantren Al Ihya Kesugihan Jadi Ponpes Tertua dan Terbesar di Cilacap, Ini Profil dan Sejarahnya
Pondok Pesantren Al Ihya Kesugihan Jadi Ponpes Tertua dan Terbesar di Cilacap, Ini Profil dan Sejarahnya /FB ihya Ulumaddin

Mustholih Badawi wafat pada tahun 1998. Pengasuh pondok pesantren di teruskan oleh adiknya yaitu KH. Chasbullah Badawi dan putranya KH Imdadurrohmahman Al Ubudi serta keluarganya.

Dalam asuhan kedua kiai ini, pesantren mengalami perkembangan pesat sehingga lahir pula lembaga-lembaga pendidikan formal mulai TK hingga madrasah aliyah.

Setelah KH Mustholih Badawi wafat pada 1999, kepemimpinan pondok pesantren dipegang adiknya, KH Chasbulloh Badawi, hingga sekarang. Pada 1961 pondok pesantren ini berubah nama menjadi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam (PPAI).

Pada 1983 PPAI diubah menjadi pondok pesantren Al Ihya Ulumaddin. Perubahan ini dimaksudkan untuk mengenang pendirinya, KH Badawi Hanafi, karena beliau sangat mengagumi pembahasan Imam Al Ghozali terutama kajian dan pemahaman dienul Islam yang tertuang dalam masterpiecenya-Ihya Ulumuddin.

Kegiatan ponpes ini makin berkembang. Santri pun berdatangan dari berbagai daerah termasuk luar Jawa seperti Lampung, Kalimantan, Palembang, Aceh, Medan. Mereka ingin belajar sekaligus bisa mengembangkan ilmu agama.

Saat ini jumlah santri yang menetap 1.500 orang. Dari jumlah itu, 700 santri wanita yang seluruh ruangnya terpisah dari santri lelaki. Ponpes ini berdiri di atas lahan seluas lima hektar. ”Pembangunan bertahap sesuai dengan kebutuhan.”

Baca Juga: Ada Pondok Pesantren di Pulau Nusakambangan Cilacap, Santrinya Para Narapidana

Di samping tingkat pendidikan dari TK hingga aliyah, di pondok ini ada juga sekolah umum yaitu SMP dan SMU. Bahkan sejak 1988 didirikan perguruan tinggi yaitu Institut Agama Islam Imam Ghozali dan sekarang menjadi Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali.

Keseluruhan tenaga pengajar berjumlah 200 orang. Sistim pendidikan di pesantren ini adalah salafi model bandungan dan sorogan.

Model bandungan, kata KH Chasbulloh adalah mengaji salah satu kitab yang diikuti banyak santri. ”Sedangkan sorogan, satu kitab dihadapi satu orang. Beberapa kitab dipelajari terutama fikih, tasawuf, akhlak, dan nahwu sorof.

Halaman:

Editor: Siyam

Sumber: Al Ihya Ulumaddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah