Menariknya, tren konsumsi daging sapi per kapita di negara-negara ini berkaitan erat dengan faktor ekonomi, budaya, dan ketersediaan.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan budaya, pola konsumsi daging sapi di beberapa negara mungkin berubah seiring waktu.
Konsumsi daging sapi yang rendah bukan hanya mencerminkan kebiasaan makan suatu negara, tetapi juga memiliki dampak besar pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Keterbatasan konsumsi protein hewani dapat mengakibatkan defisiensi gizi, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Selain itu, industri peternakan dan produksi daging sapi memiliki dampak besar terhadap perubahan iklim dan penggunaan sumber daya alam.
Oleh karena itu, penting bagi setiap negara, termasuk Indonesia, untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi gizi yang seimbang, termasuk sumber protein hewani.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan juga harus ditingkatkan.
Sebagai konsumen, kita juga memiliki peran dalam memilih sumber daging sapi yang berkelanjutan dan mendukung praktik peternakan yang lebih etis.