CilacapUpdate.com - Dalam kurun waktu 80 tahun, Bandara Aceh yang dulunya dibangun oleh Jepang pada tahun 1943 dengan landasan pacu sepanjang 1.400 meter telah mengalami perjalanan yang luar biasa.
Bandara ini tidak hanya menjadi pintu gerbang bagi warga Aceh menuju dunia, tetapi juga sebuah simbol perlawanan dan kebanggaan nasional.
Bagaimana sebuah bandara yang awalnya dikenal dengan nama Bandara Blang Bintang berubah menjadi Sultan Iskandar Muda, yang merupakan nama seorang raja tersohor dan pahlawan Aceh? Mari kita selami perjalanan dan transformasi luar biasa bandara ini dalam artikel ini.
Bandara Aceh: Sebuah Nama yang Mengandung Sejarah
Sebuah nama bandara bisa menjadi ciri khas yang identik dengan tempatnya berada atau mencerminkan nilai-nilai sejarah dan kebanggaan daerah tersebut.
Hal ini juga berlaku untuk Bandara Aceh, yang terletak di Pulau Sumatera, Provinsi Aceh. Bandara ini bukan sekadar fasilitas transportasi, tetapi juga sebuah saksi bisu dari sejarah perjuangan dan ketahanan Aceh selama bertahun-tahun.
Dulunya, bandara ini dibangun oleh pemerintah Jepang pada tahun 1943, memiliki landasan pacu hanya sepanjang 1.400 meter.
Namun, dengan berjalannya waktu, bandara ini mengalami berbagai perubahan penting yang membuatnya menjadi salah satu bandara terpenting di Indonesia.
Perlawanan dan Perubahan Nama: Dari Bandara Blang Bintang ke Sultan Iskandar Muda
Pada tahun 1953, pemerintah membuka bandara ini untuk pendaratan pesawat Dakota DC-3, dan beberapa tahun kemudian, pesawat Convair 240 juga mulai mendarat di sini.