Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A. Pangerapan, telah mengimbau masyarakat untuk berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi atau diselewengkan.
Kehadiran deepfake menjadi ancaman serius terhadap integritas informasi dan kepercayaan publik. Sebagai negara yang tengah memasuki era digitalisasi dan revolusi industri 4.0, Indonesia perlu waspada terhadap teknologi ini.
Bahaya-bahaya Deepfake
Dibalik segala kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan, terdapat sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Manipulasi Data
Salah satu contoh paling jelas penggunaan deepfake adalah video hoaks Jokowi yang telah disebutkan sebelumnya. Data asli video tersebut adalah unggahan lama di tahun 2015 dimana Jokowi menggunakan bahasa Inggris dalam pidatonya.
Deepfake mengubah konteks ini dan menciptakan kesan bahwa Jokowi adalah seorang yang fasih berbahasa Mandarin, yang tentu saja bisa sangat memengaruhi opini publik.
Baca Juga: Projo Dukung Prabowo: Keputusan Projo Selepas Konsultasi dengan Jokowi untuk Pilpres 2024
2. Pelanggaran Privasi dan Keamanan
Teknologi AI seringkali memerlukan akses ke data pribadi pengguna. Data yang kemudian tersimpan ini bisa menjadi target empuk bagi peretas yang ingin mencuri informasi atau menciptakan deepfake.
Sebagai contoh, jika seorang individu memasukkan banyak informasi pribadi ke dalam platform berbasis AI, data tersebut bisa dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, membahayakan privasi dan keamanan individu.
3. Meningkatkan Angka Pengangguran
Meskipun kecerdasan buatan dirancang untuk memudahkan dan membantu pekerjaan manusia, namun ada sisi lain dari koin ini yang harus diperhatikan.