Pertanyaan tentang kompensasi bagi warga dan upaya pelestarian budaya menjadi sangat penting.
Desa Buahan Kaja di Gianyar juga memiliki tantangan serupa. Dengan mata pencaharian yang didasarkan pada pertanian dan budaya lokal yang unik, warga desa ini juga harus menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Desa-desa lain yang terkena dampak, seperti Desa Bunuti Bunutin, Desa Mengani, dan Desa Langgahan di Kabupaten Bangli, juga harus berhadapan dengan perubahan yang akan mengubah kehidupan mereka.
Dalam situasi seperti ini, upaya kolaboratif antara pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal adalah suatu keharusan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat positif dari proyek ini.
Sementara proyek Bendungan Sidan mungkin terlihat sebagai langkah maju dalam memastikan pasokan air baku yang memadai di Bali, kami juga harus mempertimbangkan apakah ada alternatif yang lebih berkelanjutan yang dapat dijelajahi.
Misalnya, pengembangan teknologi pengolahan air yang lebih efisien, pengelolaan sumber daya air yang lebih bijaksana, dan pendekatan kolaboratif dengan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan tentang pengembangan infrastruktur dapat menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan.
Dalam sebuah era di mana kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan hak-hak masyarakat telah meningkat secara signifikan, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memastikan bahwa setiap langkah pembangunan besar seperti proyek Bendungan Sidan dipertimbangkan dengan cermat dari berbagai perspektif.
Baca Juga: 5 Tips Penting untuk Menjaga Kualitas Rumah Agar Tetap Aman dari Dampak Cuaca Hujan
Pada akhirnya, kita harus mencari keseimbangan antara memenuhi kebutuhan air yang kritis dan menjaga kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat lokal.