Kemudian, terdapat Desa Bunuti Bunutin, Desa Mengani, dan Desa Langgahan di Kabupaten Bangli yang juga akan terkena dampak serupa.
Hal yang paling penting untuk dicatat adalah bahwa tujuan dari proyek ini adalah memenuhi kebutuhan air baku di Bali.
Dengan kapasitas mencapai 3,82 juta meter kubik, bendungan ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan air yang telah lama menjadi masalah di pulau ini.
Namun, saat kita mengejar solusi jangka panjang untuk kebutuhan air, kita juga harus menghadapi pertanyaan kritis tentang bagaimana solusi tersebut akan memengaruhi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat lokal.
Dengan nilai kontrak sekitar Rp809 miliar, proyek Bendungan Sidan tidak hanya akan memenuhi kebutuhan air, tetapi juga berpotensi menjadi pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMh) dengan kapasitas 0,65 MW.
Ini adalah aspek positif dari proyek ini, yang akan memberikan manfaat tambahan bagi wilayah setempat di Provinsi Bali. Dengan infrastruktur listrik yang lebih baik, masyarakat setempat dapat mengharapkan peningkatan dalam akses ke tenaga listrik yang andal dan berkelanjutan.
Namun, kembali pada pertanyaan pokok, apakah manfaat ini sebanding dengan pengorbanan yang akan dibuat oleh desa-desa yang akan tenggelam?
Apakah ada cara untuk mengurangi dampak sosial dan lingkungan dari proyek semacam ini?
Sebagai contoh, Desa Sidang di Badung memiliki sejarah panjang dan budaya yang kaya. Dengan kehidupan sehari-hari yang sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya, warga Desa Sidang menghadapi kenyataan bahwa rumah mereka akan tenggelam dalam beberapa tahun mendatang.