Network
CilacapUpdate.com - Indonesia saat ini berada dalam sorotan karena masalah kuota pekerja asing yang terus meningkat setiap tahunnya. Dalam hal ini, banyak pengamat ekonomi yang mulai angkat suara.
Kebijakan ini, tanpa diragukan lagi, memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan dan keadilan bagi para buruh Indonesia.
Bahkan, proyek hilirisasi dan industrialisasi yang berjalan di berbagai belahan negeri, termasuk ibu kota negara (IKN) Nusantara, tampaknya semakin mengandalkan tenaga kerja asing (TKA). Alasannya? Dianggap bahwa tenaga kerja dalam negeri kurang kompeten.
Faisal Basri, seorang ekonom senior, dalam sebuah diskusi daring yang diadakan oleh LP3ES Jakarta, mengungkapkan pandangannya tentang masalah ini.
Baca Juga: Madiun, Kota 'Besar'! Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan UMP Membuat Kota Lain Kehabisan Ide!
Menurutnya, sebagian pihak menganggap buruh di Indonesia kurang kompeten karena mereka tidak menerima pendidikan atau pelatihan yang memadai terkait dengan proyek hilirisasi.
Faisal Basri menyatakan, "Buruh di Indonesia katanya itu tidak kompeten, makanya didatangkan buruh ribuan dari Tiongkok. Kenapa tidak dihitung dulu sumber dayanya seperti apa, disiapkan sekolahnya dulu. Sekarang yang udah tidak kompeten itu tidak ada, dibikinkan sekolah. Ini hilirisasi sudah dari 2015 bikin sekolahnya baru sekarang."
Jadi, kesalahpahaman ini tampaknya telah terjadi selama beberapa waktu dan belum ada langkah konkret yang diambil untuk mengatasi masalah kompetensi buruh dalam negeri.
Masalahnya tidak hanya terbatas pada hilirisasi, melainkan juga berhubungan dengan industrialisasi. Faisal Basri percaya bahwa saat ini, kendali teknologi untuk banyak proyek,
