Menyibak Misteri Jejak Leluhur di Desa Trunyan, Bali: Tradisi Pemakaman Tradisional yang Penuh Makna

16 April 2024, 13:59 WIB
Menyibak Misteri Jejak Leluhur di Desa Trunyan, Bali: Tradisi Pemakaman Tradisional yang Penuh Makna/Dok.Istimewa /

CilacapUpdate.com - Terletak di tepi Danau Batur yang memesona, Desa Trunyan di Bali menawarkan pesona budaya dan tradisi yang unik dan berbeda dari desa lainnya di Pulau Dewata ini.

Desa ini telah lama menarik perhatian wisatawan dan peneliti karena sejarahnya yang menarik dan tradisi pemakamannya yang tidak biasa.

Menelusuri Jejak Sejarah Desa Trunyan

Menurut legenda, Desa Trunyan didirikan oleh keturunan Raja Surakarta yang mengikuti bau harum semerbak hingga ke Gunung Batur.

Konon, bau harum tersebut berasal dari Pohon Taru Menyan yang suci, di mana sang pangeran menemukan seorang wanita cantik dan mereka pun menikah.

Pangeran tersebut kemudian dinobatkan sebagai Ratu Sakti Pancering Jagat dan menjadi dewa tertinggi di Desa Trunyan.

Baca Juga: Penumpang Jawa-Bali Melonjak capai 302.109 orang! Ini Cara Beli Tiket Kapal Ferry Online via Pelni dan Ferizy!

Keindahan Alam Desa Trunyan yang Memukau

Selain sejarahnya yang menarik, Desa Trunyan juga menawarkan keindahan alam yang memukau.

Pengunjung dapat menikmati pemandangan Danau Batur yang berkilauan, dikelilingi oleh pegunungan yang indah.

Pura Pancering Jagat, pura kuno yang terletak di tepi danau, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan atmosfer spiritual desa ini.

Bagi pecinta petualangan, mendaki Puncak Bukit Trunyan menawarkan panorama desa dan danau yang menakjubkan.

Tradisi Pemakaman yang Unik dan Penuh Makna

Salah satu hal yang paling menarik dari Desa Trunyan adalah tradisi pemakamannya yang unik.

Jenazah orang yang meninggal tidak dikubur atau dikremasi, melainkan diletakkan di bawah Pohon Taru Menyan yang suci.

Tradisi ini dipercaya dapat membantu proses penyucian jiwa dan memberikan ketenangan bagi orang yang meninggal.

Terdapat tiga jenis pemakaman di Desa Trunyan:

Sema Wayah: Diperuntukkan bagi mereka yang meninggal secara wajar, telah menikah, dan memiliki tubuh yang lengkap. Jenazah mereka diletakkan di bawah Pohon Taru Menyan.

Sema Muda: Diperuntukkan bagi anak-anak dan orang dewasa yang belum menikah. Jenazah mereka dikuburkan di tanah yang lebih rendah.

Sema Bantas: Diperuntukkan bagi mereka yang meninggal secara tidak wajar atau memiliki tubuh yang tidak lengkap. Jenazah mereka dikuburkan di tanah yang jauh dari desa.

Tradisi pemakaman di Desa Trunyan merupakan cerminan dari kepercayaan dan filosofi hidup masyarakat setempat.

Tradisi ini menunjukkan rasa hormat mereka terhadap alam dan leluhur, serta keyakinan mereka pada kehidupan setelah kematian.

Baca Juga: Yuk Jelajahi Alam Danau Batur Bali! Temukan Keindahan di Ketinggian 1.050 MDPL!

Desa Trunyan: Destinasi Wisata Budaya yang Tak Terlupakan

Bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman budaya yang unik dan otentik, Desa Trunyan adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi.

Keindahan alamnya yang memukau, sejarahnya yang menarik, dan tradisi pemakamannya yang unik menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata budaya yang tak terlupakan.

Tips Berkunjung ke Desa Trunyan:

  1. Desa Trunyan dapat diakses dengan naik perahu dari Pelabuhan Toya Bungkah di Danau Batur.
  2. Pengunjung disarankan untuk mengenakan pakaian yang sopan dan menghormati adat istiadat setempat.
  3. Bawalah uang tunai karena tidak banyak tempat yang menerima pembayaran dengan kartu.
  4. Jangan lupa untuk mencoba kuliner khas Desa Trunyan, seperti ikan bakar dan sayur kelor.
  5. Jagalah kebersihan dan kelestarian alam Desa Trunyan.

Baca Juga: 10 Hotel Romantis di Bali Ini Cocok untuk Pasangan Baru, Fasilitas Wah Pelayanan Keren

Desa Trunyan adalah desa adat yang kaya akan budaya dan tradisi unik.

Keindahan alamnya yang memukau, sejarahnya yang menarik, dan tradisi pemakamannya yang unik menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata budaya yang wajib dikunjungi di Bali.***

Editor: Achmad Ade Salim Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler