Deepfake Jokowi Berbicara Mandarin: Ancaman AI yang Menggoyang Indonesia

29 Oktober 2023, 17:03 WIB
Deepfake Jokowi Berbicara Mandarin: Ancaman AI yang Menggoyang Indonesia/Dok. Instagram.com /

 

CilacapUpdate.com - Beberapa hari lalu, media sosial diramaikan oleh sebuah video yang menggemparkan warga Indonesia. Dalam video tersebut, terlihat presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang lebih akrab disapa Jokowi, berbicara dengan lancar dalam bahasa Mandarin.

Sebuah pidato yang dianggap sangat mengesankan. Namun, apa yang menjadi sorotan adalah bahwa video tersebut ternyata adalah hasil dari manipulasi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dikenal dengan sebutan deepfake.

Kemampuan bahasa Mandarin Jokowi dalam video tersebut dianggap oleh banyak orang sangat fasih, sehingga banyak yang terkejut dan bertanya-tanya apakah Jokowi memang memiliki kemampuan berbahasa Mandarin yang luar biasa.

Video ini juga disertai dengan cuitan yang mencoba mengarahkan opini tentang hubungan Jokowi dengan Tiongkok. Namun, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, video tersebut merupakan hasil dari deepfake, suatu teknologi yang semakin meresahkan dunia.

Deepfake: Manipulasi Visual dan Audio yang Meresahkan

Deepfake adalah salah satu aplikasi teknologi kecerdasan buatan yang telah menjadi perhatian global. Teknologi ini memungkinkan pembuatan konten visual dan audio yang sangat meyakinkan, namun pada dasarnya palsu.

Dalam hal ini, deepfake digunakan untuk membuat video palsu yang membuat Jokowi tampak fasih dalam berbicara bahasa Mandarin, padahal kenyataannya tidak demikian.

Menurut TechTarget, deepfake dibangun dengan menggunakan dua algoritma AI yang bertentangan, yaitu generator dan diskriminator.

Generator bertugas membuat konten palsu yang sangat meyakinkan, sementara diskriminator bertugas untuk mengidentifikasi apakah konten tersebut asli atau palsu. Kombinasi dari kedua algoritma ini menghasilkan deepfake yang semakin sulit untuk dibedakan dari konten asli.

Baca Juga: Mengungkap Sejarah Kelam: Bendungan Tua di Banten yang Menjadi Saksi Bisu Perbudakan Belanda di Indonesia

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A. Pangerapan, telah mengimbau masyarakat untuk berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi atau diselewengkan.

Kehadiran deepfake menjadi ancaman serius terhadap integritas informasi dan kepercayaan publik. Sebagai negara yang tengah memasuki era digitalisasi dan revolusi industri 4.0, Indonesia perlu waspada terhadap teknologi ini.

Bahaya-bahaya Deepfake

Dibalik segala kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan, terdapat sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai. Berikut adalah beberapa diantaranya:

1. Manipulasi Data

Salah satu contoh paling jelas penggunaan deepfake adalah video hoaks Jokowi yang telah disebutkan sebelumnya. Data asli video tersebut adalah unggahan lama di tahun 2015 dimana Jokowi menggunakan bahasa Inggris dalam pidatonya.

Deepfake mengubah konteks ini dan menciptakan kesan bahwa Jokowi adalah seorang yang fasih berbahasa Mandarin, yang tentu saja bisa sangat memengaruhi opini publik.

Baca Juga: Projo Dukung Prabowo: Keputusan Projo Selepas Konsultasi dengan Jokowi untuk Pilpres 2024

2. Pelanggaran Privasi dan Keamanan

Teknologi AI seringkali memerlukan akses ke data pribadi pengguna. Data yang kemudian tersimpan ini bisa menjadi target empuk bagi peretas yang ingin mencuri informasi atau menciptakan deepfake.

Sebagai contoh, jika seorang individu memasukkan banyak informasi pribadi ke dalam platform berbasis AI, data tersebut bisa dengan mudah diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, membahayakan privasi dan keamanan individu.

3. Meningkatkan Angka Pengangguran

Meskipun kecerdasan buatan dirancang untuk memudahkan dan membantu pekerjaan manusia, namun ada sisi lain dari koin ini yang harus diperhatikan.

Seiring dengan kemajuan teknologi AI, banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini digantikan oleh mesin dan algoritma AI. Dampak pergantian ini adalah peningkatan angka pengangguran yang meresahkan.

Perlunya Kebijakan Teknologi yang Bijak

Pergantian pekerjaan manusia oleh AI bukanlah sesuatu yang bisa dihindari, melainkan sebuah perkembangan yang tidak bisa dihentikan.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang bijak untuk menghadapi tantangan ini. Hal ini mencakup regulasi yang ketat terhadap penggunaan deepfake, perlindungan data pribadi, serta investasi dalam pelatihan dan pendidikan untuk mengatasi pengangguran akibat otomatisasi pekerjaan.

Baca Juga: Riwayat Bisnis dan Potensi Politik Gibran Rakabuming: Putra Sulung Jokowi yang Berpotensi Menjadi Cawapres

Sebagai negara yang sedang berusaha mengembangkan teknologi dan memasuki era digitalisasi, Indonesia harus berada di garis depan dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi kecerdasan buatan.

Kehadiran deepfake hanya salah satu contoh bagaimana teknologi ini bisa digunakan untuk tujuan yang merugikan, dan kebijakan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan digital dan integritas informasi sangat diperlukan.***

Editor: Achmad Ade Salim Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler