Sosok Putri Ayu Limbasari Sebuah Cerita Legenda Kabupaten Purbalingga yang Penuh Makna, Kamu Tau?

- 12 September 2023, 10:43 WIB
Ilustrasi - Legenda Putri Ayu Limbasari Sebuah Cerita Legenda Kabupaten Purbalingga yang Penuh Makna, Kamu Tau?
Ilustrasi - Legenda Putri Ayu Limbasari Sebuah Cerita Legenda Kabupaten Purbalingga yang Penuh Makna, Kamu Tau? /Tamgkapan layar/Instagram @ainusantara

CilacapUpdate.com - Bakal bikin merinding, inilah cerita tentang sosok Putri Ayu Limbasari yang jadi cerita legenda Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah yang penuh makna.

Kabupaten Purbalingga, salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, memiliki sejarah dan budaya yang kaya.

Salah satu aspek yang menarik dari sejarah Purbalingga adalah kisah legenda yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Salah satu legenda yang paling terkenal di wilayah ini adalah "Legenda Putri Ayu Limbasari."

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi cerita legenda ini secara mendalam, mengungkap asal-usulnya, karakter utamanya, dan makna yang terkandung di dalamnya.

Sebelum kita memasuki cerita legenda Putri Ayu Limbasari, mari kita kenali terlebih dahulu latar belakang sejarah Kabupaten Purbalingga.

Kabupaten ini terletak di bagian tengah Pulau Jawa, memiliki luas wilayah sekitar 777,36 kilometer persegi, dan terdiri dari berbagai kecamatan dan desa.

Sejarah Purbalingga melibatkan berbagai peristiwa penting, seperti masa Kerajaan Mataram, penyebaran agama Islam, dan banyak lagi.

Pada abad ke-16, saat Kerajaan Mataram berkuasa, seorang penyebar agama Islam bernama Syech Gandiwasi datang dari Turki dengan maksud menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Pada saat itu, wilayah Purbalingga termasuk dalam kekuasaan Kangjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Mataram, yang dikenal sebagai "Kaisar Seluruh Jawa."

Inilah awal dari cerita legenda Putri Ayu Limbasari.

Mengenal Kangjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Mataram

Kangjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Mataram adalah sosok yang sangat berpengaruh pada masanya.

Ia dikenal sebagai Raja Mataram baru yang memiliki kekuasaan luas, kebijaksanaan, dan pandai bergaul dengan rakyatnya.

Pada saat Syech Gandiwasi datang dengan permohonan untuk menyebarkan agama Islam, Kangjeng Panembahan Senopati dengan senang hati memberikan izin, menganggapnya sebagai kesempatan untuk meningkatkan pemahaman agama Islam di kalangan penduduk Mataram.

Permohonan Syech Gandiwasi dan Perjalanan ke Kedung Belis

Permohonan Syech Gandiwasi akhirnya dikabulkan oleh Kangjeng Panembahan Senopati.

Ia diberi izin untuk menyebarkan agama Islam di kawasan kaki Gunung Slamet, sebuah daerah yang penuh potensi spiritual.

Namun, dalam perjalanan menuju tujuan akhir, Syech Gandiwasi singgah di sebuah tempat bernama Kedung Belis.

Di Kedung Belis, Syech Gandiwasi merasakan ketidaknyamanan yang luar biasa. Ia diganggu oleh gangguan jin setan yang tak ada hentinya.

Untuk melindungi diri dan mencegah gangguan tersebut, Syech Gandiwasi memohon kepada Allah SWT melalui bersemedi.

Tempat bersemedi ini kemudian diberi nama Dukuh Pamujan. Permohonannya kepada Allah ternyata berhasil, dan jin-jin tersebut akhirnya terusir, dipindahkan ke sebuah tempat yang sekarang dikenal sebagai Penisihan.

Baca Juga: Banyumas Bakal Geger, Inilah 5 Fakta Menarik Terowongan Kebasen yang Ada di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah

Perjalanan Menuju Limbasari

Setelah mengusir gangguan tersebut, Syech Gandiwasi merasa tidak betah tinggal di Kedung Belis.

Ia bermaksud mencari tempat yang lebih nyaman untuk membangun padepokan dan mendidik para santrinya.

Syech Gandiwasi kemudian melanjutkan perjalanannya ke arah sebuah hutan yang sekarang dikenal sebagai Limbasari.

Perjalanan ini menjadi awal dari kisah legenda Putri Ayu Limbasari, sebuah kisah yang penuh dengan makna dan pesan moral.

Kita akan mengenal karakter utama dalam cerita ini, yaitu Putri Ayu Limbasari dan peristiwa-peristiwa yang mengelilingi kehidupannya.

Mengenal Putri Ayu Limbasari

Putri Ayu Limbasari adalah tokoh sentral dalam legenda ini. Ia adalah putri dari Siti Rumbiah, yang menikah dengan Ketut Wlingi, putra Syech Gandiwasi.

Namun, ada beberapa versi yang menyebutkan bahwa Ketut Wlingi sebenarnya adalah murid dari padepokan Gandiwasi yang berasal dari Bali, dan ia datang bersama Patrawisa.

Dalam perjalanan hidupnya, Putri Ayu Limbasari dikenal sebagai sosok yang sangat cantik, baik lahir maupun batin.

Keindahannya membuat banyak orang tertarik dan ingin melamarnya. Para Adipati dari berbagai daerah datang untuk melamar Putri Ayu Limbasari, termasuk Adipati Wirayuda, Adipati Wiratenaya, Adipati Wirataruna, dan Adipati Wirapraja.

Namun, belum ada yang mendapatkan jawaban pasti dari keluarga Putri Ayu Limbasari.

Kehadiran banyak pretendan ini membuat kebingungan di pihak keluarga perempuan.

Melihat kegelisahan adiknya, yaitu Sri Wasiati (Putri Ayu Limbasari), Wlingi Kusuma (saudara Putri Ayu Limbasari) memutuskan untuk mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping Putri Ayu Limbasari.

Sayembara dan Kematian Tragis Wlingi Kusuma

Sayembara yang diadakan oleh Wlingi Kusuma adalah cara untuk mengatasi dilema yang dihadapi keluarga perempuan dalam mengambil keputusan tentang lamaran Putri Ayu Limbasari.

Sayembara ini memiliki peraturan yang sederhana: siapa pun yang dapat mengalahkan Wlingi Kusuma, akan menjadi pendamping Putri Ayu Limbasari.

Namun, Wlingi Kusuma dikenal sangat kuat dan sakti, sehingga tidak seorang pun dari Adipati yang pernah melamar berhasil mengalahkannya dalam pertarungan satu lawan satu.

Melihat ketidakmungkinan untuk mengalahkan Wlingi Kusuma secara individu, para Adipati itu akhirnya sepakat untuk melawan dengan cara bersekongkol dan mengeroyoknya.

Pengeroyokan ini merupakan titik balik tragis dalam cerita legenda Putri Ayu Limbasari.

Wlingi Kusuma, yang terkenal akan kekuatannya, tidak mampu melawan serangan bersama para Adipati.

Akibatnya, ia akhirnya tewas dalam pengeroyokan itu. Mayatnya pun dipotong-potong menjadi beberapa bagian yang kemudian dikuburkan di berbagai tempat yang berbeda.

Bagian kepalanya dikuburkan di makam Siregol, Desa Tlahab Kidul, bagian gembungnya dikuburkan di Pelumbungan, dan bagian kemaluannya dikuburkan di Sikonthol Desa Beji Karanganyar.

Sedangkan kakinya dikuburkan di wilayah hutan perbatasan antara Banjarsari dan Karangjambu, yang sekarang dikenal dengan nama Lemah Jejekan.

Kematian tragis Wlingi Kusuma yang seharusnya tidak terjadi membuat Sri Wasiati (Putri Ayu Limbasari) semakin bingung dan berduka.

Ia merenungkan bahwa kecantikan, meskipun dapat membawa kebahagiaan, juga dapat membawa malapetaka.

Oleh karena itu, ia memberikan pesan kepada gadis-gadis di Desa Limbasari agar tidak mengejar kecantikan yang berlebihan, melainkan lebih mengutamakan sederhana dalam penampilan dan perilaku.

Sri Wasiati Memohon kepada Allah SWT

Sri Wasiati, yang tenggelam dalam kesedihan dan dilema, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa.

Ia memohon kepada Allah SWT melalui tapa pendem. Tapa pendem adalah suatu bentuk meditasi yang sangat mendalam di mana seseorang menguburkan dirinya dalam tanah dengan seutas benang panjang yang menjulur ke permukaan tanah.

Pesan terakhirnya sebelum dimasukkan ke liang lahat adalah bahwa jika benang yang menjulur tersebut ditarik dan masih bergerak, berarti ia masih hidup.

Namun, jika benang itu tidak bergerak, maka itu menandakan bahwa ia telah meninggalkan dunia ini.

Minggu demi minggu, Sri Wasiati menjalani tapa pendem ini dengan tekun. Selama masa itu, ia terisolasi dari dunia luar, mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya.

Benang yang menjulur ke permukaan tanah menjadi penghubungnya dengan dunia luar, dan orang-orang yang menjaganya merasa cemas, menunggu hasil dari tapa pendem ini.

Setelah kurang lebih satu minggu melakukan tapa pendem, benang yang menjulur tersebut akhirnya ditarik.

Namun, yang menjadi pemberi sinyal adalah benang yang tidak bergerak sama sekali.

Ini adalah tanda bahwa Sri Wasiati telah meninggalkan dunia ini. Keputusannya untuk mengorbankan dirinya sendiri demi masyarakatnya yang terhindar dari konflik dan kekerasan akibat persaingan para Adipati telah membuatnya menjadi pahlawan dalam legenda ini.

Peninggalan Sri Wasiati

Setelah meninggalnya Putri Ayu Limbasari, orang tua Sri Wasiati meninggalkan padepokannya dan pindah ke Srandil, di mana mereka menghabiskan sisa hidup mereka.

Makam Sri Wasiati yang menjadi tempat terakhir istirahatnya masih ada hingga saat ini.

Lokasinya berada di seberang Galeri Batik Muning Sari, dan tempat tersebut dianggap sebagai tempat keramat.

Makam ini diyakini berada di bekas Padepokan Limba Sari, yang dulunya adalah tempat di mana Putri Ayu Limbasari dan keluarganya tinggal.

Meskipun sisa-sisa padepokan tersebut sudah tidak ada lagi, makam Putri Ayu Limbasari terus dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.

Tempat ini menjadi tujuan ziarah dan pemujaan, karena Putri Ayu Limbasari dianggap sebagai sosok yang mengorbankan dirinya untuk kebaikan masyarakatnya.

Makna Legenda Putri Ayu Limbasari

Legenda Putri Ayu Limbasari tidak hanya merupakan kisah tentang sejarah dan kejadian-kejadian tragis yang terjadi dalam kehidupannya.

Cerita ini juga memiliki banyak makna dan pesan moral yang dapat diambil oleh generasi selanjutnya. Beberapa makna yang terkandung dalam legenda ini antara lain:

  • Kecantikan dan Kebijaksanaan: Legenda ini mengingatkan kita bahwa kecantikan fisik bukanlah satu-satunya hal yang penting dalam hidup. Kebijaksanaan, kepribadian yang baik, dan integritas moral juga sangat berharga.
  • Pilihan yang Sulit: Kadang-kadang, dalam hidup kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Putri Ayu Limbasari harus mengambil keputusan yang sulit untuk melindungi masyarakatnya, meskipun keputusan itu sangat mengorbankan.
  • Kekuatan Perempuan: Cerita ini juga menggambarkan kekuatan dan keberanian seorang perempuan, baik dalam menghadapi dilema pribadi maupun dalam memberikan pesan moral kepada generasi selanjutnya.
  • Makna Pengorbanan: Pengorbanan yang dilakukan oleh Putri Ayu Limbasari untuk kebaikan masyarakatnya adalah salah satu pesan moral utama dalam legenda ini. Ia siap mengorbankan dirinya demi menjaga kedamaian dan menghindari pertumpahan darah.
  • Keramat dan Warisan Budaya: Makam Putri Ayu Limbasari yang dianggap keramat menjadi bagian penting dari warisan budaya Purbalingga. Ini menunjukkan pentingnya merawat dan memelihara warisan budaya lokal.

Editor: Lutfi Ramadhan

Sumber: purbalinggakab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah