Asal Usul Sejarah Kabupaten Purbalingga: Kyai Arsakusuma PENGELANA yang Diangkat Anak Oleh Kyai Ageng Giring

- 20 Maret 2023, 12:11 WIB
  Ilustrasi Asal Usul Sejarah Kabupaten Purbalingga: Kyai Arsakusuma PENGELANA yang Diangkat Anak Oleh Kyai Ageng Giring
Ilustrasi Asal Usul Sejarah Kabupaten Purbalingga: Kyai Arsakusuma PENGELANA yang Diangkat Anak Oleh Kyai Ageng Giring / Screenshot Youtube Keramat Wali/

CilacapUpdate.com - Simak yuk dibawah ini merupakan sederet asal usul sejarah Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah yang jarang orang ketahui, padahal memiliki cerita yang menarik untuk ditelisik.

Purbalingga merupakan kota kecil yang terletak di provinsi Jawa Tengah.

Wilayah Kabupaten Purbalingga 77,764,122 ha atau sekitar 2,39 persen dari luas Wilayah Provinsi Jawa Tengah (3,254 ribu ha).

Adapun luas Kabupaten Purbalingga terbagi menjadi 18 Kecamatan dan 224 Desa serta 15 Kelurahan.

Baca Juga: TERBONGKAR, TikTokers Kota Binjai Sambil Rebahan Dapat Saldo DANA Gratis, 100 Persen Siapa Mau?

Kota ini sering diabaikan oleh para wisatawan, padahal kota ini memiliki banyak potensi wisata yang menyuguhkan pesona alam yang indah.

Sebagai sebuah kota kecil, Purbalingga terkenal dengan alamnya yang indah dan suasana yang tenang. Terdapat banyak sekali tempat wisata menarik yang dapat dikunjungi di Purbalingga.

Dibalik keindahan alam dan kekayaan budayanya ternyata Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah menyimpan sejarah asal usul berdirinya yang panjang.

Sejarah merupakan catatan dari masa lalu yang menjadi bagian dari identitas suatu bangsa atau negara.

Mengenal sejarah Kabupaten Purbalingga dapat membantu kita mempelajari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu dan mencegah terjadinya kesalahan serupa di masa depan.

Contohnya, dengan mempelajari sejarah perang dunia, kita dapat menghindari terjadinya perang yang serupa di masa depan.

Sejarah adalah bagian penting dari budaya dan identitas suatu negara atau bangsa. Dengan memahami sejarah, kita dapat memahami budaya dan identitas tersebut.

Sebagai contoh, dengan mempelajari sejarah Kabupaten Purbalingga , kita dapat memahami budaya dan nilai-nilai yang menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.

Mengenal sejarah dapat membantu kita mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang kehidupan, budaya, dan nilai-nilai yang ada di masa lalu.

Hal ini dapat membantu kita memahami peristiwa dan fenomena yang terjadi di masa kini dengan cara yang lebih baik.

Sejarah juga merupakan bagian dari warisan budaya suatu negara atau bangsa. Dengan mempelajari sejarah, kita dapat menjaga dan melestarikan warisan budaya tersebut.

Hal ini dapat membantu kita memperkaya dan mempertahankan keanekaragaman budaya yang ada di dunia.

Dikutip dari purbalinggakab.go.id, berikurt ini merupakan sederet sejarah asal usul Kabupaten Purbalingga yang menarik untuk kita telisik bersama.

Sejarah Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah

Sebuah nama yang pasti tidak akan tertinggal ketika membicarakan sejarah Purbalingga adalah Kyai Arsantaka, seorang tokoh yang menurut sejarah menurunkan tokoh-tokoh Bupati Purbalingga.

Kyai Arsantaka yang pada masa mudanya bernama Kyai Arsakusuma adalah putra dari Bupati Onje II.

Sampai pada usia dewasa diceritakan kalau kyai Arsakusuma meninggalkan Kadipaten Onje untuk berkelana ke arah timur dan sesampainya di desa Masaran (Sekarang di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara) diambil anak angkat oleh Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram.

Pada tahun 1740 ? 1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (sekarang termasuk wilayah desa Masaran).

Suatu wilayah yang masih berada dibawah pemerintahan Karanglewas (sekarang termasuk kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I.

Banyak riwayat yang menceritakan tenang heroisme dari Kyai Arsantaka antara lain ketika terjadi perang Jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II.

Penyebab dari peperangan ini dikarenakan Pangeran mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap kompeni Belanda.

Dalam perang jenar ini, Kyai Arsantaka berada didalam pasukan kadipaten Banyumas yang membela Paku Buwono.

Dikarenakan jasa dari Kyai Arsantaka kepada Kadipaten Banyumas pada perang Jenar, maka Adipati banyumas R. Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Kyai Arsantaka yang bernama Kyai Arsayuda menjadi menantu.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka putra Kyai Arsantaka yakni Kyai Arsayuda menjadi Tumenggung Karangwelas dan bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III.

Masa masa pemerintahan Kyai Arsayuda dan atas saran dari ayahnya yakni Kyai Arsantaka yang bertindak sebagai penasihat.

Oleh sebab itu pusat pemerintahan dipiindah dari Karanglewas ke desa Purbalingga yang diikuti dengan pembangunan pendapa Kabupaten dan alun-alun.

Nama Purbalingga ini bisa kita dapati didalam kisah-kisah babad. Adapun Kitab babad yang berkaitan dan menyebut Purbalingga diantaranya adalah Babad Onje, Babad Purbalingga, Babad Banyumas dan Babad Jambukarang.

Selain dengan empat buah kitap babat tsb, maka dalam merekonstruksi sejarah Purbalingga, juga melihat arsip-arsip peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang tersimpan dalam koleksi Aarsip Nasional Republik Indonesia.

Berdasarkan sumber-sumber diatas, maka melalui Peraturan daerah (perda) No. 15 Tahun 1996 tanggal 19 Nopember 1996, ditetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Purbalingga adalah 18 Desember 1830 atau 3 Rajab 1246 Hijriah atau 3 Rajab 1758 Je.

Peninggalan Sejarah di Kabupaten Purbalingga

Selain kekayaan budaya dan beberapa macam upacara tradisional, di Purbalingga terdapat berbagai peninggalan sejarah purbakala. Benda- benda purbakala tersebut tersebar di wilayah Purbalingga, antara lain :

1. BATU LINGGA

Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga, merupakan penginggalan nenek moyang.

2. BATU LINGGA dan GUA GENTENG

Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga. Gua ini letaknya di lereng bukit terbentuk dari lelehan lava yang membeku, gua ini kadang-kadang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bersemedi.

3. GIRI CENDANA

Berada di desa Kojongan kecamatan Bojongsari + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan makam Bupati Purbalingga yang bergelar Adipati Dipokusumo.

Adipati Dipokusumo ini memegang tapuk pimpinan pemerintahan Kabupaten Purbalingga, yaitu Dipokusumo II,III, IV, V dan VI.

Sedangkan adipati yang pertama adalah Raden Tumenggung Dipayuda III, yang mulai memerintah pada saat ditetapkannya KabupatenPurbalingga pada tanggal 18 Desember 18830.

4. GOMBANGAN

Berada di Dukuh Brubahan Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari + 5 km ke utara dari arah kota purbalingga.

Merupakan tempat mandi yang berupa sumber mata air dan ramai dikunjungi pada malam hari, terutama pada malam jum?at kliwon.

Menurut kepercayaan masyarakat, mata air tersebut dapat memberikan tuah bagi yang mandi ditempat ini dan konon awet muda, dapat mendapatkan jodoh dan naik derajat.

5. SENDANG / PETIRTAAN

Berada di desa Semingkir, Kecamatan Kutasari + 7 km dari kota Purbalingga. Sendang ini konon dapat memberikan tuah bagi yang mempercayainya.

Di kunjungi pada malam malam tertentu.6. MAKAM KYAI WILAH Berada di desa Karangsari kecamatan Kalimanah + 5 km dari kota Purbalingga.

Merupakan tokoh beragama islam yang cukup berpengaruh. Tempat ini sering dikunjungi orang-orang yang ingin mendoakan dan mengharap berkah dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

7. BATU LINGGA, YONI dan PALUS

Berada di Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon + 14 km dari kota Purbalingga. Merupakan peninggalan pada masa hindu.

8. MAKAM NARASOMA

Berada di kelurahan Purbalingga Lor kecamatan Purbalingga9. ARDI LAWET Berada di Desa Panusupan Kecamatan Rembang + 30 km dari kota Purbalingga.

Merupakan obyek wisata ziarah, karena sebagian besar pengunjungnya adalah para peziarah yang menginginkan berkah dari syekh Jambu Karang, seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Kab. Purbalingga.

Di tempat ini terdapat kuku dan rambut Syekh Jambu Karang yang dikeramatkan.

Hari-hari ramai adalah Rabu Pon, karena menjelang malam Jum'at kliwon atau Kamis Wage diadakan upacara buku klambu dan yang paling ramai dikunjungi adalah Rabu Pon Bulan Suro.

Demikian tadi deretan asal usul sejarah Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.***

 

Editor: Lutfi Ramadhan

Sumber: purbalinggakab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x