CilacapUpdate.com -Proyek bendungan megah di Aceh yang dikenal dengan nama Bendungan Krueng Pase, telah menjadi sorotan utama dalam tiga tahun terakhir. Proyek yang seharusnya memberikan manfaat besar kepada masyarakat setempat kini telah memakan waktu lebih dari yang diharapkan.
Kondisi ini mengakibatkan kerugian sebesar Rp1,5 triliun dan 8.922 hektar sawah gagal panen. Bagaimana proyek yang semula begitu menjanjikan ini berakhir dalam situasi mangkrak?
Bendungan Krueng Pase merupakan sebuah bendungan irigasi bersejarah, yang merupakan peninggalan Kolonial Belanda.
Terletak di Gampong Leubok Tuwe, Kecamatan Meurah Mulia, dan berbatasan dengan Gampong Maddie, Kecamatan Nibong, Aceh Utara, bendungan ini memiliki sejarah yang panjang dan penting dalam memberikan air untuk sawah-sawah di daerah tersebut.
Awalnya, bendungan ini beroperasi dengan baik dan memberikan manfaat kepada petani di Aceh Utara. Namun, pada tahun 2007, mercu bendungan peninggalan Kolonial Belanda tersebut runtuh, menghentikan aliran air ke sawah-sawah yang sangat bergantung padanya.
Petani di wilayah ini terpaksa menghadapi masa sulit, di mana mereka tidak bisa menggarap sawah mereka seperti sebelumnya.
Tahun 2021, melalui dana sebesar Rp44,8 miliar yang bersumber dari APBN, pemerintah berkomitmen untuk membangun kembali bendung irigasi Bendungan Krueng Pase.
Harapan masyarakat tumbuh tinggi karena proyek tersebut diharapkan akan mengembalikan mata pencaharian utama mereka, yaitu bertani sawah. Namun, harapan ini tampaknya telah pupus setelah hanya beberapa tahun proyek dimulai.
Baca Juga: Shopee Cup ASEAN Club Championship 2024-2025 Segera Digelar, Netizen Heboh