CilacapUpdate.com - Kenaikan harga BBM picu inflasi di Kabupaten Cilacap dan Purwokerto pada September 2022. Tingkat inflasi Purwokerto dan Cilacap pada September 2022 masing-masing tercatat sebesar 1,15% (mtm) dan 1,11% (mtm).
Inflasi pada kedua daerah utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas bensin, solar serta biaya angkutan dalam dan luar kota sebagai dampak kebijakan penyesuaian harga BBM oleh pemerintah per tanggal 3 September 2022.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Rony Hartawan mengatakan, inflasi juga didorong oleh kenaikan harga beras akibat penurunan produksi seiring berlangsungnya periode tanam gadu di berbagai sentra produksi.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Rony mengatakan, telah melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis.
"Di antaranya melalui pelaksanaan rapat TPID dalam rangka penguatan sinergi program pengendalian inflasi serta penanggulangan dampak inflasi; pelaksanaan operasi pasar untuk beberapa komoditas seperti beras, minyak goreng," kata dia Selasa 4 Oktober 2022.
TPID, Rony menambahkan, juga melakukan pencanangan program urban farming melalui gerakan tanam cabai di pekarangan; pemberian bantuan Alat dan Mesin Pertanian (alsintan) untuk mendukung peningkatan produktivitas; serta penjajakan dan implementasi Kerjasama antar Daerah (KAD) produk pangan.
Pada periode yang sama, Cilacap mengalami inflasi sebesar 1,11% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya tercatat deflasi sebesar -0,55% (mtm). Inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok transportasi dengan andil sebesar 1,23% (mtm).
"Komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah bensin, beras, angkutan antar kota, nasi dengan lauk dan solar," ujar dia.
Sementara itu, terdapat beberapa komoditas yang mencatatkan koreksi harga, diantaranya daging ayam ras, minyak goreng, terong, bawang merah dan semangka.
Secara tahun kalender, inflasi Cilacap tercatat sebesar 5,95% (ytd). Adapun capaian inflasi secara tahunan dilaporkan sebesar 7,45% (yoy) pada posisi September 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi September tahun 2019 s.d 2021 yang sebesar 1,58% (yoy).
Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada 2022 diperkirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran inflasi 3±1 (yoy) pada 2023.
Adapun risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian inflasi pada tahun berjalan antara lain meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional, masih tingginya harga energi dan pangan global (imported inflation) serta risiko bergejolaknya harga pangan.
"Koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus diperkuat sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok," tutup Rony.***