Asal Usul Kecamatan Kroya: Sejarah Panjang hingga Jadi Pusat Perdagangan Penting di Wilayah Timur Cilacap

13 September 2023, 11:23 WIB
Lapangan Tugu Kroya : Asal Usul Kecamatan Kroya: Sejarah Panjang hingga Jadi Pusat Perdagangan Penting di Wilayah Timur Cilacap /FB Kecamatan Kroya

CilacapUpdate.com - Berikut adalah asal usul Kecamatan Kroya, yang memiliki sejarah panjang hingga menjadi pusat perdagangan penting di wilayah timur Cilacap. Kroya, sebuah kota kecamatan yang terletak di wilayah kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia, memiliki sejarah yang panjang dan menjadi pusat perdagangan penting di wilayah timur Cilacap.

Kota ini juga menjadi persimpangan bagi berbagai jalur kereta api, menghubungkan Bandung-Tasikmalaya dengan Cirebon-Purwokerto serta Yogyakarta, Madiun, dan Surabaya.

Sejarah yang Berkisah

Sejarah pembentukan kecamatan Kroya tak bisa dilepaskan dari sejarah terbentuknya wilayah Karisidenan Banyumas. Pada masa lalu, Kroya adalah sebuah desa kecil di bawah kadipaten Wirasaba.

Baca Juga: Asal Usul dan Sejarah Kecamatan Jeruklegi Cilacap: Benarkah Dulu Jadi Daerah Penuh Tanaman Buah Jeruk?

Setelah Perang Diponegoro berakhir, seluruh wilayah Banyumas, termasuk Kroya, jatuh ke tangan pemerintah Belanda.

Pada tanggal 20 September 1830, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda bernama Hallewijn melaporkan hasil kerjanya kepada Jenderal De Kock di Sokaraja.

Laporan ini berhubungan dengan perluasan wilayah Karisidenan Banyumasan, yang mencakup daerah Kebumen, Banjar (Banjarnegara), Panjer (Kebumen), Ayah, Prabalingga (Purbalingga), Banyumas, Kroya, Adireja, Patikraja, Purwakerta (Purwokerto), Ajibarang, dan daerah-daerah lainnya.

Pembentukan wilayah Karisidenan Banyumasan memicu pembangunan jalan dari Banyumas ke selatan, melewati Gunung Karangrau hingga ke Buntu, dan kemudian melanjutkan ke selatan hingga Kroya. Awalnya, Kroya termasuk dalam distrik Adireja dan berstatus kawedanan.

Namun, karena perkembangan yang pesat, akses yang lebih dekat ke pusat Karisidenan, serta jalur kereta api strategis yang menghubungkan Cirebon, Purwokerto (dari utara), dan Bandung, Kroya akhirnya naik status menjadi distrik sendiri.

Setelah masa kemerdekaan, wilayah Cilacap bagian timur mengalami pemekaran sekitar tahun 1980-an. Kroya, yang semula menjadi distrik, akhirnya terbagi menjadi beberapa kecamatan, termasuk Kroya, Adipala, Nusawungu, Sampang, dan Binangun.

Baca Juga: Cerita Sejarah Asal Usul Kecamatan Kesugihan Cilacap: Benarkah Ada Peran Kutukan Nyai Sugih dan Ki Watulingga?

Kroya Hari Ini: Demografi dan Kehidupan Sehari-hari

Masyarakat Kroya mayoritas menggunakan Bahasa Jawa Sumpiuh, dan mayoritas penduduk adalah suku Jawa Banyumasan. Namun, juga ada suku pendatang seperti Sunda, Madura, Manado, Minang, dan Batak yang telah bermukim di sini selama lebih dari 50 tahun.

Etnis Tionghoa juga memiliki keberadaan yang signifikan di Kroya, terutama dalam sektor perdagangan.

Kehidupan beragama di Kroya tercermin dalam kondisi kerukunan umat beragama yang baik. Penduduk Kroya menganut berbagai agama, dengan mayoritas Muslim, serta ada pula penganut Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha.

Tempat peribadatan seperti masjid, mushola, gereja Katolik, gereja Protestan, dan vihara tersebar di seluruh kota.

Dalam hal pendidikan, Kroya memiliki sejumlah sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, serta lembaga pendidikan informal seperti kursus bahasa, komputer, menjahit, sopir/montir, dan lainnya. Prasarana kesehatan juga tersedia, termasuk rumah sakit, puskesmas, polindes, dan posyandu.

Baca Juga: Kawasan Rumput Ilalang di Ujung Runway Bandara Tunggul Wulung Cilacap Alami Kebakaran

Transportasi dan Perekonomian yang Berkembang

Kroya memiliki fasilitas transportasi yang cukup memadai, termasuk stasiun kereta api yang menjadi salah satu yang terpadat di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Fasilitas transportasi darat mencakup jaringan jalan sepanjang 209,9 km, dengan sebagian besar berupa jalan beraspal.

Di bidang perekonomian, Kroya memiliki pasar tradisional yang cukup besar dan beberapa swalayan, seperti Toserba Jadi Baru dan Kato.

Beberapa industri tradisional seperti pembuatan jamu, sapu, keset, dan lap juga beroperasi di wilayah ini. Selain itu, industri baru seperti produksi bulu mata dan rambut palsu juga mulai berkembang.

Roda ekonomi Kroya semakin berkembang dengan pembukaan alun-alun yang menjadi tempat favorit untuk berbelanja dan berbisnis.

Penduduk Kroya juga turut berkontribusi dalam pembangunan daerah dengan membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) yang besar, yang mencapai sekitar 1.157.550.000 rupiah pada tahun 2008.

Baca Juga: Gunung Purba di Jawa Tengah Bukan Hanya Mistis, Berikut 5 Fakta Menarik Gunung di Kabupaten Wonosobo Ini

Potensi Masa Depan

Kroya, dengan sejarah panjang dan kehidupan yang dinamis, memiliki potensi besar untuk pertumbuhan dan perkembangan di masa depan. Pengembangan infrastruktur, dukungan untuk pelaku usaha lokal, dan pelestarian budaya lokal akan menjadi kunci untuk mengoptimalkan potensi kota ini.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja dan peningkatan pendidikan akan memainkan peran penting dalam mencapai kemajuan yang berkelanjutan di Kroya.

Dengan menjaga kerukunan antarumat beragama dan keberagaman etnis, Kroya dapat menjadi contoh yang baik tentang bagaimana sebuah komunitas dapat tumbuh dan berkembang secara inklusif.***

 

Editor: Muhammad Nasrulloh

Tags

Terkini

Terpopuler