CilacapUpdate.com - Sebuah perjalanan sejarah yang panjang dan mengesankan mengubah lahan bekas tambang seluas 300 hektar di Kalimantan Timur menjadi salah satu bandara megah yang kini menjadi gerbang udara utama di Ibu Kota Negara.
Awalnya dikenal sebagai Bandara Sepinggan Balikpapan, bandara ini kini memiliki nama yang lebih maknawi, yaitu Bandara Sultan Kutai.
Dalam kisah ini, kita akan membahas evolusi bandara tersebut, dari lahan tambang hingga peran pentingnya dalam pelayanan penerbangan sipil dan ibadah haji.
Peninggalan Kolonial Belanda yang Bercahaya
Pada akhir abad ke-19, lahan seluas 300 hektar yang sekarang menjadi Bandara Sultan Kutai adalah lahan bekas tambang yang dimiliki oleh perusahaan minyak Belanda.
Pada saat itu, bandara ini masih jauh dari kemegahan yang kita kenal saat ini. Perusahaan minyak Belanda membangun bandara sederhana di sana untuk mendukung operasional mereka.
Pembangunan perusahaan minyak dan bandara ini dimulai pada tahun 1890-an setelah Kutai menandatangani perjanjian dengan Belanda. Yang menarik, pembangunan ini berlangsung atas izin dari penguasa Kerajaan Kutai.
Setelah Indonesia merdeka, nama bandara ini berubah menjadi Sultan Kerajaan Kutai, menggambarkan penghormatan kepada masa lalu yang kaya akan sejarah.
Sejarah panjangnya yang dimulai sebagai lahan tambang Belanda menciptakan fondasi bagi bandara ini untuk menjadi salah satu bandara terpenting di Kalimantan Timur.