Rentetan Sejarah Asal Usul Kabupaten Nganjuk Jawa Timur yang Jarang Diketahui Generasi Milenial, Yuk Simak!

- 10 Januari 2023, 10:22 WIB
Ilustrasi/Sejarah Kabupaten Nganjuk Jawa Timur/Tangkapan Layar/ Kanal Youtube Album Sejarah
Ilustrasi/Sejarah Kabupaten Nganjuk Jawa Timur/Tangkapan Layar/ Kanal Youtube Album Sejarah /

CilacapUpdate.com - Belum banyak yang tau masyakarat di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur mengenai sejarah asal usul daerahnya.

Mengatahui sejarah asal usul kabupaten Nganjuk merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap tanah kelahiran khusunya untuk warga Nganjuk sendiri.

Padahal, terdapat banyak rentetan sejarah yang menarik untuk ditelisik di kabupaten yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur ini.

Sejarah Asal Usul Kabupaten Nganjuk Jawa Timur

Kabupaten Nganjuk Jawa Timur berasal dari suatu daerah yang bernama Berbek. Dikutip dari laman resmi nganjukkab.go.id, perjalanan sejarah asal usul keberadaan Kabupaten Berbek menjadi cikal bakal Kabupaten Nganjuk sekarang ini.

Dikatakan cikal bakal karena ternyata alur Sejarah Kabupaten Nganjuk berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo (I).

Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan.

Namun dari silsilah keluarga dan catatan, peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa Bupati Berbek yang pertama adalah KRT.

Sosrokoesoemo (I) (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat). Pada masa pemerintahannya dapat dicermati dari sebuah bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama Masjid Yoni Al Mubaarok.

Terdapat sengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi:

Bagian depan : Ratu Pandito Tata Terus (1759 AJ)
Bagian Bawah : Ratu Nitih Buto Murti (1758 AJ)
Kanan/kiri : Ratu Pandito Tata Terus (1759 AJ)
Belakang : Ratu Pandito Tata Terus (1759 AJ)

Mendekati tahun 1811, Sultan HB II dari Kesultanan Yogyakarta memecah Kabupaten Berbek menjadi 2 (dua), yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai Bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II (putra dari Bupati Kanjeng Jimat).

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia, sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo, beliau merupakan adik dari KRT. Sosrokoesoemo (I) serta memerintah pada tahun 1832 sampai 1843.

Baca Juga: Ramalan Shio Tionghoa 2023 yang Akan Bangkit dan Mendapat Keberuntungan Besar, Satu Diantaranya Shio Babi

Pada masa pemerintahannya meletus perlawanan Kiai Panoppo Ngliman Guru Agung keturunan Kiai Ageng Ngliman seorang keturunan Sunan Giri.

Pemerintah yang terdiri dari orang Eropa itu tidak sadar akan hak prerogatif Desa Ngliman sebagai perdikan yang bebas pajak, dan setuju saja ketika bupati membebankan pajak yang berat kepada mereka setelah daerah itu diambil alih oleh Belanda.

Raden Toemenggoeng Ario Koesoemoadinoto. Beliau sebelumnya merupakan Bupati Trenggalek yang dipilih sebagai Bupati Berbek menggantikan RT. Sosrodirdjo.

Pengangkatan ini menurut Besluit No 5 tanggal 18 Januari 1844. Pada bulan April 1844, RT Ario Koesoemoadinoto menjadi Bupati Besuki menggantikan ayahnya yang wafat.

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo (II) / Raden Toemenggoeng Sosrowignjo. Beliau adalah putra tertua dari Bupati Sosrodirdjo. KRT Sosrokoesoemo (II) diangkat menjadi Bupati Berbek sesuai Besluit No. 4 tanggal 8 Mei 1844. Beliau berputra R. Rio Koesoemo dan R. Sosrongoelama.

Kabupaten Godean dinyatakan dicabut dan selanjutnya digabung dangan Kabupaten Berbek (yang terdekat). Dari akte tersebut dapat diketahui bahwa Godean telah berubah statusnya menjadi Distrik Godean, yang bersama-sama dengan Distrik Siwalan dan Distrik Berbek menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Berbek.

Menurut Akte Komisaris Daerah-daerah Kraton yang telah diambil alih tanggal 16 Juni 1831, bahwa di Kabupaten Berbek terdapat 3 (tiga) distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2 (dua) distrik dan Kabupaten Kertosono ada 3 (tiga) distrik.

Sehingga jumlah keseluruhan ada 8 (delapan) distrik, sama dengan yang disebutkan dalam SK diatas. Hal ini berarti sebelum KRT. Sosrokoesoemo (II) meninggal, telah terjadi suatu proses penghapusan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kertosono menjadi Kabupaten Berbek yang meliputi distrik-distrik :

  • Berbek, Godean, Siwalan (asli dari Kabupaten Berbek)
  • Ngandjoek, Gemenggeng (berasal dari Kabupaten Ngandjoek)
  • Kertosono, Waroe Djajeng, Lengkong (berasal dari Kabupaten Kertosono)

Raden Ngabehi Pringgodikdo. KRT Sosrokoesoemo (II) (1830-1852) meninggal dunia tanggal 28 Agustus 1852 karena menderita sakit paru-paru, yang ditunjuk sebagai penggantinya adalah Raden Ngabehi Pringgodikdo, patih luar Kabupaten Ngrowo, kelahiran Yogyakarta, yang bukan termasuk garis keturunan / keluarga dari KRT.

Sosrokoesoemo (II). Pilihan jatuh pada Pringodikdo ini karena putra-putra dari KRT. Sosrokoesoemo (II) (bupati yang telah meninggal) dianggap kurang mampu untuk menduduki jabatan bupati tersebut.

Sedangkan Pringgodikdo dinilai lebih cakap dan berbudi pekerti yang baik, selain itu mempunyai pengalaman yang cukup daripada calon-calon lain yang diusulkan, sehingga dianggap mampu dan pantas untuk menggantikan KRT. Sosrokoesoemo II.

Pengangkatan Pringgodikdo sebagai bupati yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia, tanggal 25 November 1852.

Selanjutnya, apabila disimak dari isi surat Residen Kediri tanggal 20 September 1852 tentang pertimbangan-pertimbangan terhadap Pringgodikdo untuk diangkat menjadi Bupati Berbek adalah sebagai berikut.

Baca Juga: 3 Shio Ini Akan Banjir Rezeki Tahun 2023! Berkat Dukungan Doa Dari Orang Lain, Simak Penyebabnya Disini?

"Kabupaten Berbek penting sekali, juga sangat luas, yang meliputi delapan distrik diwilayahnya, dan berbatasan dengan Residen Madiun, Soerabaja, Rembang. Pemerintahan Raden Ngabehi Pringgodikdo dibantu patih R. Ngabehi Tjokro Taruna dan R. Ngabehi Mangoenkoesoemo (diangkat 25 Januari 1860)."

Raden Ngabehi Soemowilojo. Raden Ngabehi Pringgodikdo menjabat sebagai Bupati Berbek lebih kurang 14 tahun, yaitu sampai dengan tahun 1866 karena wafat.

Setelah mangkat digantikan oleh Raden Ngabehi Soemowilojo, beliau adalah anak menantu bupati Pringgodikdo (istri kedua RT Soemowilojo adalah putri Pringgodikdo) dan sebelumnya sebagai patih pada Kadipaten Blitar dengan SK Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 3 September 1866 No. 10.

Selanjutnya dengan SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Oktober 1866 No. 102 dia diberi gelar Toemenggoeng dan diizinkan menamakan diri : Raden Toemenggoeng Soemowilojo, dalam pemerintahannya dibantu R. Ngabehi Mangoenkoesoemo sebagai Patih.

Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo (III) Raden Ngabehi Soemowilojo meninggal dunia tanggal 22 Februari 1878. Untuk menduduki jabatan Bupati Berbek yang kosong, diangkatlah Raden Mas Sosrokoesoemo (III), Wedono dari Kota Tulungagung tanggal 10 April 1878 No.9, menjadi Bupati Berbek.

Bersama dengan itu diberikan gelar jabatan Toemenggoeng dan diizinkan menuliskan namanya Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo. Beliau merupakan putra bupati RT Soemowilojo, sebelumnya memegang jabatan Wedana Kota Toeloengagoeng Kabupaten Ngrowo. Ketika memimpin dibantu patih R. Ngabehi Mangoenkoesoemo (sampai tahun 1880) dan digantikan RM Ario Tedjonotokoesoemo (1880-1900).

Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan SK No. 20 Tahun 1875 Tentang Pemindahan Pejabat dan Ibu Kota Kabupaten Berbek ke Nganjuk.

Pada masa pemerintahan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo (III) inilah terjadi suatu peristiwa yang amat penting bagi perjalanan sejarah pemerintahan di Nganjuk hingga sekarang ini. Peristiwa tersebut adalah adanya kepindahan tempat pusat pemerintahan dari Kota Berbek menuju Kota Nganjuk.

Berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Nganjuk Nomor 188/200/K/411.013/2022 menetapkan bahwa Hari Boyongan Pusat Pemerintahan dari Kabupaten Berbek ke Nganjuk terjadi pada 6 Juni 1880 Masehi bertepatan dengan hari Minggu Wage. Sedangkan setiap tanggal 10 April diperingati sebagai Hari Jadi Nganjuk, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II No 495 Tahun 1993.

Saat boyongan pemerintahan, para pejabat di Kabupaten Berbek adalah :

  1. Asisten Residen W.L.H.A. Harloff
  2. Bupati RMT Sosrokoesoemo
  3. Patih R. Ng. Mangoenkoesoemo
  4. Jaksa R. Ng. Mertoatmojo
  5. Mantri R. Ng. Sosroadmodjo
  6. Penghulu Mas Mochamad Jakub
  7. Wedana Berbek Mas Pawirosoedjono
  8. Wedana Nganjoek RM Ario Prawirodirdjo
  9. Wedana Kertosono Mas Ngabehi Wirioadmodjo
  10. Wedana Lengkong R. Ng. Mangoenhardja
  11. Wedana Warujayeng R. Ario Tejononokoesoemo
  12. Letnan Cina berkedudukan di Kertosono Han Liong Ing

Pada Tanggal 20 Januari 1883 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan keputusan penataan pembagian wilayah Karesidenan Kediri dan Madiun dalam Lembaran Negara Hindia Belanda Stbl No. 20/1833 menyebutkan bahwa wilayah Kabupaten Berbek terdiri atas 7 wilayah distrik yang dipimpin Wedana: Berbek, Siwalan, Nganjuk, Kertosono, Lengkong, Warujayeng, Gemenggeng.

Daerah Wedana dibagi dalam wilayah yang dipimpin oleh Asisten Wedana :

  • Kawedanan Berbek membawahi Loceret, Kacangan, Pacewetan, Ngetos
  • Kawedanan Siwalan membawahi Cepoko, Sawahan, Klodan
  • Kawedanan Nganjuk membawahi Mangundikaran, Kedungsoko, Sono
  • Kawedanan Kertosono membawahi Kutorejo, Kotalama, Babadan
  • Kawedanan Lengkong membawahi Lengkong, Gondang Kulon, Ngujung, Munung
  • Kawedanan Warujayeng membawahi Warujayeng, Trayang, Prambon
  • Kawedanan Gemenggeng membawahi Petak, Rejoso, Wilangan

Pada Tahun 1885 Tanggal 30 Mei No 4 C, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan penetapan Kota Nganjuk sebagai Ibukota Kabupaten Berbek dan Kertosono sebagai Daerah pengawasan (Controlier).

Baca Juga: Akhirnya Terkuak Sejarah Asal Usul Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Generasi Muda Wajib Tau Nih

Keputusan ini tercantum dalam Lembaran Negara Hindia Belanda Stbl No. 107/1885. Sebelum pension Bupari Sosrokoesoemo (III) diberi gelar Adipati (±1900).

Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadikoesoemo. Pada tanggal 28 September 1900, RM. Adipati Sosrokoesoemo (III) karena menderita sakit yang terus menerus sehingga terpaksa memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda untuk diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negara dengan diberikan hak pensiun.

Selanjutnya, memohon agar karir putra laki-laki tertuanya yakni Raden Mas Sosro Hadikoesoemo menggantikan jabatan sebagai Bupati Berbek. Berdasarkan Besluit Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 2 Maret 1901 No 10, Pemerintahan Hindia Belanda memberhentiakan R.M. Adipati Sosrokoesoemo (III).

Selanjutnya mengangkat Raden Mas Sosro Hadikoesoemo sebagai Bupati Berbek dan memberinya gelar Toemenggoeng dan mengizinkan menamakan dan menuliskan Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadi Koesoemo. Sebelumnya beliau sebagai Asisten Wedana Cungkup Distrik Wlingi Kabupaten Blitar.

Bupati Sosro Hadikusumo mendapat anugerah Bintang Jasa Pemerintah, gelar Ario dan gelar Adipati. Pada Tanggal 9 Agustus 1928 keluar Surat Keputusan gubernur Jenderal No 1X yang diundangkan dalam Lembaran Negara No 310/1928 tanggal 21 Agustus 1928 tentang Pemberian Otonomi Kabupaten Nganjuk, mengganti nama Kabupaten Berbek menjadi Kabupaten Nganjuk yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1929.

Bupati Sosro Hadikusumo juga Ketua Dewan Kabupaten, beliau juga Anggota Dewan Provinsi Jawa Timur, beliau wafat pada 30 Desember 1933. Pengganti beliau ditunjuk R. Koesoemo Broto (patih Kabupaten Nganjuk) sebagai pejabat Bupati yang juga mengetuai Dewan Kabupaten hingga Tahun 1937 terpilihnya Bupati R.T Prawiro Wijoyo.

Wilayah Kabupaten Nganjuk semenjak keluarnya Keputusan Pemerintah No 1X Lembaran Negara No 310/1928 adalah :

  • Nganjuk : Nganjuk, Bagor, Sukomoro, Rejoso
  • Berbek : Berbek, Loceret, Pace, Sawahan
  • Kertosono : Kertosono, Baron, Patianrowo
  • Lengkong : Lengkong, Gondang, Munung
  • Warujayeng : Tanjunganom, Prambon, Ngronggot

Berikut ini adalah nama-nama Bupati Nganjuk setelah Raden Mas Sosro Hadi Koesoemo :

  1. 1936 - 1943 : R.T.A. Prawiro Widjojo
  2. 1943 - 1947 : R. Mochtar Praboe Maangkoenegoro
  3. 1947 - 1949 : Mr.R. Iskandar Gondowardjojo
  4. 1949 - 1951 : R.M. Djojokoesoemo
  5. 1951 - 1955 : K.I Soeroso Atmohadiredjo
  6. 1955 - 1958 : M. Abdoel Sjukur Djojodiprodjo
  7. 1958 - 1960 : M. Poegoeh Tjokrosoemarto
  8. 1960 - 1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH
  9. 1968 - 1973 : Soeprapto,BA
  10. 1973 - 1978 : Soeprapto,BA
  11. 1978 - 1983 : Drs. Soemari
  12. 1983 - 1988 : Drs. Ibnu Salam
  13. 1988 - 1993 : Drs. Ibnu Salam
  14. 1933 - 1998 : Drs. Soetrisno Rachmadi, M.Si
  15. 1998 - 2003 : Drs. Soetrisno Rachmadi, M.Si - Djatmiko Budi Utomo
  16. 2003 - 2008 : Ir. Siti Nurhayati, MM – Djaelani Iskak
  17. 2008 - 2013 : Drs. H. Taufiqurrahman, MKP - KH. Abdul Wachid Badrus, M.PdI
  18. 2013 - 2017 : Drs. H. Taufiqurrahman, MKP - KH. Abdul Wachid Badrus, M.PdI
  19. 2017 - 2018 : KH. Abdul Wachid Badrus, M.PdI (Plt.)
  20. 2018 - 2018 : Drs. H. Soedjono, MM (Plt.)
  21. 2018 - 2021 : Novi Rahman Hidayat, S.Sos., M.M. - Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.H., MBA
  22. 2021 - Sekarang : Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.H., MBA (Plt.)

Demikian sejarah asal usul Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Semoga bermanfaat.***

Editor: Siyam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah