Hakikat Bulan Sya’ban
Jadi pada hakikatnya, Bulan Sya’ban ini adalah bulan ujian kita. Benar atau tidak, ungkapan kerinduan kita terhadap Ramadhan tulus dan jujur karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun jika ungkapan itu hanya sekedar pemanis di lisan, dan pada hakikatnya hati kita tidak benar-benar rindu dengan kedatangan Ramadhan, maka kita khawatir Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memberikan taufik kepada kita untuk menambah ketaatan di Bulan Ramadhan.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَٰكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِيَ
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu”.” (QS. At-Taubah[9]: 46)
Kita khawatir. Jangan sampai kerinduan dan semangat kita dalam menyambut Ramadhan itu hanya di lisan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihat kejujuran dan ketulusan itu di dalam hati kita. Akibatnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala enggan memberikan taufik bagi kita untuk melakukan ketaatan yang hebat di Bulan Ramadhan.
Padahal kita tahu bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan yang dilipat gandakannya pahala dan keberkahan/ rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta bulan yang di dalamnya melimpah ampunan-Nya.
Barang siapa yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan tambahan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atau ampunan dari-Nya, sungguh tidak ada manusia yang paling rugi selain dia.
ورحمة الله وبركاته