Teks Kultum Atau Ceramah Singkat Bulan Ramadhan 2022, Ketika Kita Sudah Sampai Garis Finish di Bulan Ramadhan

- 8 April 2022, 00:35 WIB
Ilustrasi Teks Kultum Atau Ceramah Singkat Bulan Ramadhan 2022, Ketika Kita Sudah Sampai Garis Finish di Bulan Ramadhan
Ilustrasi Teks Kultum Atau Ceramah Singkat Bulan Ramadhan 2022, Ketika Kita Sudah Sampai Garis Finish di Bulan Ramadhan /Helena Lopes/pexels.com

“Janganlah kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.”

Ketahuilah yang menjadi standar kebaikan manusia itu penutupnya, bukan awalnya. Proses memang penting, tapi tetap penutup dari proses tersebut akan menjadi penentu apakah dia termasuk orang-orang yang sukses atau dia akan menjadi orang-orang yang merugi?

Ahibbati fillah!

Ramadhan hampir pergi dari kita! Baru beberapa hari yang lalu kita mendengar ucapan-ucapan tahniah, ucapan-ucapan selamat di pinggir jalan, di kantor, di manapun kita melihat, Marhaban Ya Ramadhan. Tapi Subhanallah, kiranya sudah 19 hari kita berpuasa. Dia pergi meninggalkan kita begitu cepatnya.

Ada sebagian yang telah memenuhi Ramadhannya dengan amalan-amalan yang indah. Tapi tidak sedikit yang meremehkan Ramadhan. Bahkan sebagian sudah menyelesaikan ibadah puasanya. Ingat, yang menjadi standar Antum sukses atau tidak di Ramadhan sekarang ini adalah penutupnya.

Ahibbati fillah! Coba kita lihat baginda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apa yang sebenarnya beliau lakukan di 10 hari terakhir? Puncak dari Ramadhan.

Istrinya, ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha, dia menceritakan bagaimana suaminya. Ini bukan cerita orang, bukan sebuah pencitraan yang ditampakkan di depan manusia. Bukan! Ini teman tidurnya yang bercerita.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada sepuluh hari yang akhir sangat bersungguh-sungguh, sesuatu yang tidak beliau lakukan pada hari-hari yang lain.” (HR. Muslim)

Apakah kita sudah mempersiapkan diri atau kita sudah mulai lemas? Semangat kita mulai kendur, tidak seperti di awal Ramadhan. Beliau ‘Alaihish Shalatu was Salam tidak hanya beribadah untuk dirinya sendiri. Beliau memikirkan keluarganya. Beliau bangunkan istrinya, beliau bangunkan putrinya, beliau bangunkan menantunya, sambil beliau mengencangkn sarungnya, meninggalkan istri-istrinya.

Halaman:

Editor: Lutfi Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah