Biografi dan Kisah Johny Indo: Perampok Emas, Kabur dari Nusakambangan, hingga Pernah Tolak Permintaan SBY

9 Oktober 2023, 16:06 WIB
Johny Indo (Kanan) / Biografi dan Kisah Johny Indo: Perampok Emas, Kabur dari Nusakambangan, hingga Pernah Tolak Permintaan SBY / ISTIMEWA /

CilacapUpdate.com - Inilah biografi dan kisah Johny Indo: seorang perampok emas, yang pernah kabur dari Pulau Nusakambangan, hingga pernah menolak permintaan SBY.

Pada tahun 1970-an, kisah seorang perampok toko emas bernama Johny Indo menjadi perbincangan hangat di Jakarta dan sekitarnya. Dengan kelompoknya yang dikenal sebagai Pachinko (Pasukan China Kota), mereka menjalankan aksinya pada siang hari, mengejutkan dan mematikan.

Salah satu aksi paling terkenal dari Johny Indo adalah merampok sebuah toko emas di Cikini, Jakarta Pusat, pada tahun 1979. Namun, masa kejayaannya sebagai perampok emas tidak berlangsung lama. Johny Indo akhirnya berhasil ditangkap di Sukabumi setelah sejumlah anggota kelompok Pachinko lebih dulu diciduk.

Akibat perbuatannya, Johny Indo dijatuhi hukuman penjara selama 14 tahun dan dihukum penjara di Pulau Nusakambangan, yang terkenal dengan sistem keamanan super ketatnya.

Baca Juga: Deretan Narapidana yang Berhasil Kabur dari Pulau Nusakambangan, 2 di antaranya 'Hilang' Hingga Kini

Namun, ketika baru menjalani hukuman selama tiga tahun, ia dan 34 rekannya mencoba melarikan diri dari Pulau Nusakambangan. Meskipun berhasil bertahan hidup di hutan selama 12 hari, akhirnya Johny Indo berhasil ditangkap kembali.

Dilansir dari berbagai sumber, kisah Johny Indo seperti mendengar kisah legendaris Robin Hood, perampok yang membagikan kekayaannya kepada rakyat miskin.

Meskipun melakukan beberapa perampokan, yang mengejutkan, Johny Indo justru sangat dicintai oleh masyarakat, khususnya mereka yang kurang mampu.

Kisah hidupnya adalah perpaduan antara tindakan kriminal dan kebaikan hati yang luar biasa. Ketika dia akhirnya ditangkap dan dipenjarakan di Lapas Nusakambangan yang sangat ketat, dia berhasil melarikan diri dalam sebuah kisah yang sangat menarik.

Siapa sebenarnya Johny Indo, dan bagaimana dia berhasil melarikan diri dari Nusakambangan yang kemudian diangkat menjadi film? Berikut adalah cerita lengkapnya.

Johny Indo, atau yang sebenarnya bernama Yohanes Herbertus Eijkenboom, adalah seorang perampok legendaris di Jakarta. Dia beroperasi bersama kelompoknya yang dikenal sebagai Pachinko Gang. Mereka membuat sensasi karena sering merampok orang-orang kaya asing di Indonesia.

"Sasaran utama saya saat itu adalah orang-orang kaya asing di Indonesia," kata Johny Indo dalam sebuah acara yang diadakan oleh Kementerian Sosial RI di Lembaga Pemasyarakatan di Bengkulu pada Rabu (3/9/2014).

Baca Juga: Transaksi Judi Online Tembus Rp155 Triliun: Ada Peran Tangan Kotor Influencer, Artis, Konten Kreator dan Gamer

"Mereka juga banyak mengambil harta dari Indonesia, makanya saya merampok mereka dan membagikan uangnya kepada masyarakat miskin," dia menambahkan.

Selama serangkaian aksi perampokan emas yang dilakukan antara akhir tahun 1970 hingga awal 1980, Johny berhasil mengumpulkan sebanyak 129 kilogram emas. Namun, jumlah emas yang fantastis itu dibagikan kepada masyarakat miskin.

Tentu saja, keberadaan Johny Indo dan gangster Pachinko menjadi sorotan kepolisian yang saat itu masih bersatu dengan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Akibatnya, Johny harus beberapa kali masuk dan keluar penjara.

Terakhir, dia berada di Nusakambangan, pulau penjara yang sangat terkenal dengan tingkat keamanannya yang tinggi.

Namun, dia tidak tinggal diam dan berhasil melarikan diri bersama anak buahnya dari pengamanan superketat penjara. Mereka bertahan hidup di tengah hutan selama 11 hari sebelum akhirnya menyerah.

Kisah kelam ini terungkap dengan tulus dan polos oleh Johny Indo, yang saat ini mengganti namanya menjadi Ki Umar Billah Al-Jhon Indo. Dia membagikan cerita pribadi yang menggugah hati di hadapan 30 mantan narapidana di Kota Bengkulu.

Selain mengisahkan kisah masa muda yang penuh liku-liku, Johny juga bercerita tentang perjalanan hidupnya yang mengubahnya menjadi seorang pendakwah yang berkeliling dari kampung ke kampung dan menjadi pengusaha batu akik di Pasar Poncol, Jakarta.

Pengalamannya masuk dan keluar penjara mengenalkannya pada spiritualitas dan keimanan yang mendalam, yang masih ia pegang hingga hari ini.

"Dalam hidup ini, prinsip saya adalah mencari nafkah secara halal, sekecil apapun, selama itu berkah," ujar Johny dengan tulus.

Baca Juga: Shopee Dorong Produsen Batik Lokal Tembus Pasar Global, Komitmen Dukung Ekspor UMKM

Johny juga menceritakan bagaimana, melalui usaha kecilnya, ia mampu menjadikan anaknya seorang dokter dan ahli IT di Hongkong.

"Bagaimana mungkin anak preman bisa menjadi dokter? Bisa, asal kita menjalani hidup dengan harapan ridho dari Allah," ungkapnya.

Komitmen Johny terhadap masyarakat kecil sangat kuat. Dia bahkan menolak tawaran untuk memberikan ceramah di Istana Negara yang ditawarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu, karena pada saat yang sama, ia sudah berjanji untuk memberikan ceramah kepada masyarakat miskin di kawasan Blok M, Jakarta.

"Ini bukan tentang tidak menghormati Presiden, tetapi karena saya sudah berjanji kepada masyarakat miskin," tegasnya saat itu.

Johny Indo juga membagikan hikmah tentang keikhlasan. Menurutnya, keikhlasan membawanya berangkat haji gratis ke Mekkah. Kisahnya bermula ketika ia membersihkan sampah yang berbau busuk di selokan kampungnya.

Saat itu, seorang pangeran Arab turun dari mobilnya dan mengomentari tatonya dengan kata 'haram'. Meski terjadi perdebatan, pangeran Arab itu akhirnya menjemput Johny dengan jet pribadinya untuk pergi haji dengan layanan super-VVIP.

Keikhlasan juga membawanya pada suatu waktu ketika ia tidak dibayar saat menjadi penceramah. Hal ini membuatnya harus pulang berjalan kaki berpuluh kilometer dan tidak punya uang untuk naik angkot. Namun, beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan tawaran untuk mengisi ceramah dengan bayaran jutaan rupiah.

Sebelum meninggal dunia, Johny mengelola rumah baca di bawah Yayasan Jhon Indo Foundation yang mendapatkan dukungan dari Kementerian dan Dinas Sosial. Kisah hidupnya menjadi motivasi bagi mantan narapidana di Bengkulu untuk tetap optimis menjalani hidup.

Baca Juga: Buronan Paling Dicari di Jateng! Perampok Sadis di Kedungreja Cilacap Dibekuk Polisi Setelah Buron Sepekan

Pada sebuah kesempatan, dia pernah berharap agar masyarakat umum tidak terus memberikan stigma negatif kepada mantan narapidana.

"Pernah dipenjara adalah bagian dari perjalanan hidup kita, dan itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Tapi mulai saat ini, mari perbaiki hidup kita, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan seterusnya, dalam upaya membangun Indonesia," ujar dia disambut dengan tepuk tangan meriah dari mantan narapidana yang mendengarkan ceramahnya.

Diskusi tersebut diadakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kementerian Sosial RI, bekerja sama dengan LSM Kantong Informasi Masyarakat (KIPAS).

Kepala Dinas Sosial Provinsi Bengkulu, Harnyoto, juga memandu diskusi sebagai moderator dan memberikan apresiasi kepada Johny Indo sebagai "Robin Hood-nya Indonesia" dan menyatakan bahwa Johny bisa menjadi teladan bagi banyak orang.

Selain bercerita, 30 mantan narapidana ini juga menerima pendidikan wirausaha dari pemerintah dan bantuan modal agar mereka dapat membangun kehidupan yang lebih baik, berguna, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Kisah Johny Indo adalah bukti nyata bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan memberikan dampak positif pada masyarakat, bahkan setelah mengalami masa lalu yang sulit.

Johny Indo meninggal dunia pada tanggal 26 Januari 2020 setelah mengalami sakit sesak nafas.***

Editor: Muhammad Nasrulloh

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler