CilacapUpdate.com - Sejumlah kalangan di Indonesia meyakini gas air mata sebagai pemicu lebih dari 100 pendukung Arema FC tewas setelah kerusuhan di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
Insiden tersebut masih dalam penyelidikan pihak berwenang Indonesia, sementara PSSI dan PT Liga Indonesia Baru segera menangguhkan Liga 1 Indonesia dan melarang Arema FC bermain di kandangnya hingga akhir musim 2022-2023.
Presiden Joko Widodo juga memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas peristiwa yang menelan banyak korban, termasuk anak-anak dan remaja.
Menemukan penyebab kejadian juga merupakan bagian penting, dan salah satu faktor yang tidak bisa dikesampingkan adalah penggunaan gas air mata.
Gas air mata sendiri sering digunakan untuk mengendalikan massa yang telah menjadi anarkis di mana saja di dunia.
Namun, menurut sejumlah kalangan, salah satunya organisasi nirlaba perlindungan hak asasi manusia Physicians for Human Rights, penggunaan gas air mata haruslah terukur karena "gejala fisik iritasi kimia (akibat gas air mata) sering mengakibatkan disorientasi yang memicu keadaan takut, cemas, dan panik."
Serangan panik dapat terjadi bersamaan dengan rasa sakit fisik akibat gas air mata.
Sudah naluri setiap orang untuk menjauh dari gas air mata sesegera mungkin, terutama pada malam hari di ruang tertutup seperti stadion sepak bola.