Dilahirkan dari Tanah Jawa Timur, Pahlawan Muda ini Menjadi Sorotan Dunia

7 Juni 2023, 19:35 WIB
Dilahirkan dari Tanah Jawa Timur, Pahlawan Muda ini Menjadi Sorotan Dunia/Tangkap layar/pixabay.com/pahlawan Indonesia /

CilacapUpdate.com - Pahlawan adalah mereka yang dengan penuh pengorbanan dan keberanian telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghargaan tertinggi, gelar pahlawan nasional, kepada mereka yang telah memberikan segala kemampuan bahkan nyawa mereka untuk negara ini.

Tindakan heroik mereka, perbuatan yang patut dikenang dan dijadikan teladan bagi generasi selanjutnya. Dalam daftar pahlawan nasional ini, terdapat sepuluh tokoh hebat yang berasal dari Jawa Timur, salah satunya adalah seorang Jenderal muda yang menonjol sebagai nomor delapan.

Jawa Timur, sebuah provinsi yang kaya akan sejarah dan budaya, telah melahirkan banyak tokoh pahlawan yang telah meninggalkan jejak perjuangan yang tak terlupakan.

Baca Juga: KLATEN BIKIN KANGEN! Daftar Motor Tua di Kabupaten Klaten yang Harganya Ratusan Juta, Jadi Buruan Kolektor!

Pahlawan-pahlawan ini berperan penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman penjajah. Dari berbagai profesi dan latar belakang, mereka bersatu dalam semangat persatuan dan kesetiaan kepada tanah air.

Salah satu pahlawan terkemuka dari Jawa Timur adalah seorang Jenderal muda yang mengukir prestasi luar biasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Meskipun usianya tergolong muda, keteguhan dan kepemimpinannya telah menginspirasi banyak orang. Dengan ketekunan dan keberanian, ia menjadi sosok yang patut diteladani oleh generasi muda.

Pahlawan muda ini dikenal dengan nomor urut delapan dalam daftar pahlawan nasional asal Jawa Timur.

Ia adalah seorang jenderal yang berani dan memiliki visi yang kuat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Gelar pahlawan nasional diberikan untuk menghormati peran besarnya dalam memimpin pasukan dan menjaga semangat juang yang tinggi di medan perang.

Sebagai seorang jenderal termuda, ia telah menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa. Dalam usia yang muda, ia berhasil menggerakkan pasukannya dengan disiplin dan keberanian.

Baca Juga: KUDUS PUNYA JURUS! Motor Tua di Kabupaten Kudus yang Diburu Kolektor, Harga Tembus Ratusan Juta!

Keputusan-keputusannya yang tepat dan strategi-strateginya yang cerdas membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Dalam pertempuran-pertempuran yang sengit, jenderal muda ini tidak hanya bertarung untuk melindungi tanah airnya, tetapi juga untuk melindungi rakyatnya.

Dalam hatinya, semangat keadilan dan persamaan selalu menguatkan tekadnya. Ia menjadi inspirasi bagi banyak orang karena keberanian dan pengabdiannya yang tulus.

Dirangkum oleh CilacapUpdate dari beragam sumber. Berikut adalah 10 pahlawan nasional asal Jawa Timur menjadi inspirasi bagi banyak orang karena keberanian dan pengabdiannya yang tulus:

1. Ir Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama kecil Kusno Sosrodihardjo. Soekarno merupakan anak dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Nama kecil Soekarno diganti agar tidak sakit-sakitan.

Sejak kecil, Soekarno sudah menjadi anak yang berprestasi dan mampu menguasai banyak bahasa. Soekarno senang belajar banyak hal dengan tokoh-tokoh hebat Indonesia.

Tahun 1926, Soekarno mendapat gelar insinyur setelah menyelesaikan masa pendidikannya di Technische Hooge School (THS) jurusan teknik sipil atau ITB. Ir Soekarno memiliki jasa yang besar untuk kemerdekaan Indonesia. Ir Soekarno wafat pada 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

2. Sutomo

Sutomo atau yang lebih dikenal Bung Tomo merupakan pahlawan kelahiran Surabaya pada 3 Oktober 1920. Bung Tomo adalah anak dari pasangan Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita.

Semasa muda, Bung Tomo begitu aktif dalam berbagai kegiatan. Seperti menjadi sekretaris Partai Indonesia Raya Ranting Anak Cabang di Tembok Duku, Surabaya tahun 1937, wartawan lepas Harian Soeara Oemoem di Surabaya tahun 1937, dan pemimpin redaksi kantor Berita Antara di Surabaya tahun 1945.

Bung Tomo punya peran penting dalam peristiwa pertempuran 10 November 1945. Dengan pidatonya, Bung Tomo mengobarkan semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara sekutu. Bung Tomo meninggal dunia saat melaksanakan ibadah haji di Padang Arafah. Jasadnya dimakamkan di daerah Ngagel, Surabaya.


3. HOS Tjokroaminoto

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir pada 6 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur. Tjokroaminoto merupakan anak kedua dari R.M. Tjokroamiseno.

Sejak kecil Tjokroaminoto mengenyam pendidikan di sekolah Belanda. Setelah lulus dari OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), Tjokroaminoto bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi. Setelah itu, Tjokroaminoto diangkat sebagai pembantu utama patih di Ngawi.

Pada 1905, Tjokroaminoto pindah ke Surabaya dan melanjutkan pendidikan di Burgerlijke Avondschool. Tjokroaminoto kemudian diajak oleh Haji Samanhudi untuk bergabung ke Sarekat Dagang Islam. Saat bergabung pada 1912, Tjokroaminoto mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Tjokroaminoto wafat di Yogyakarta pada 17 Desember 1934.

4. Abdul Halim Perdanakusuma

Abdul Halim Perdanakusuma adalah seorang pahlawan nasional yang lahir di Sampang pada 18 November 1922. Halim merupakan putra dari patih Sumenep, Haji Abdul Gani Wongsotaruno.

Setelah tamat dari sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Surabaya, Halim dikirim ke Magelang untuk menempuh pendidikan di OSVIA. Namun, Perang Dunia II pecah di Eropa pada akhir tahun 1939. Sehingga pendidikan Halim terputus diganti dengan wajib militer.

Abdul Halim Perdanakusuma meninggal pada 14 Desember 1947 saat tengah menjalankan tugas perang. Waktu itu, Halim ditugaskan untuk membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dari Thailand. Namun, pesawat yang dinaiki terjebak dalam cuaca buruk sehingga jatuh di Malaysia.

5. Soeprijadi

Soeprijadi lahir pada 13 April 1923 di Trenggalek, Jawa Timur. Usai lulus dari MULO, Soeprijadi melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pamong Praja Magelang.

Namun, Jepang menyerbu Indonesia sebelum Soeprijadi lulus. Setelah sempat mengikuti Seimendoyo (pelatihan semi-militer kepemudaan) di Tangerang, Soeprijadi bergabung dengan PETA yang ditugaskan di Blitar, Jawa Timur. Saat itu, Soeprijadi menyaksikan penderitaan para pekerja romusha.

Oleh karena itu, Soeprijadi ingin memberontak melawan Jepang. Pemberontakan PETA terhadap Jepang dimulai pada 14 Februari 1945.

Namun, Jepang dapat menyelesaikan pemberontakan tersebut. Beberapa tentara dihukum mati, sementara yang lainnya dipenjara. Tetapi Soeprijadi melarikan diri dan tidak pernah muncul lagi.

6. dr Soetomo

dr Soetomo memiliki nama asli Soebroto. Ia lahir pada 30 Juli 1888 di Desa Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur.

Pada 20 Mei 1908, dr Soetomo mendirikan Boedi Oetomo sesuai saran dr Wahidin Soedirohoesodo. Tujuan berdirinya organisasi tersebut untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan sebagai jalan pembebasan bangsa dari penjajahan.

Usai lulus dari STOVIA, dr Soetomo ditugaskan ke beberapa daerah Indonesia. Mulai dari Semarang, Tuban, Sumatra Utara, hingga Malang.

Di Malang, dr Soetomo bertugas untuk menangani wabah pes yang sedang melanda masyarakat. Sebagai dokter, dr Soetomo semakin mengetahui penderitaan rakyat Indonesia. Selain itu, dr Soetomo juga aktif dalam bidang kewartawanan. dr Soetomo meninggal dunia di Surabaya pada 30 Mei 1938.

7. Ario Soerjo

Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo lahir pada 9 Juli 1898 di Magetan, Jawa Timur. Ario Soerjo merupakan gubernur pertama Jawa Timur dari tahun 1945 hingga 1948.

Pada 26 Oktober 1945, Soerjo ikut andil dalam penetapan membuat perjanjian gencatan senjata antara pasukan Inggris terhadap rakyat Surabaya. Namun, gencatan senjata tersebut tak berlangsung lama. Pertempuran tetap berlangsung hingga mengakibatkan Jenderal Mallaby tewas.

Inggris mengeluarkan ultimatum untuk rakyat Surabaya agar menyerahkan semua senjata. Namun, Gubernur Soerjo dengan tegas berpidato jika rakyat Surabaya akan melawan Inggris sampai darah penghabisan.

Lalu terjadilah pertempuran besar pada tanggal 10 November 1945. Gubernur Soerjo meninggal pada 10 September 1948 di Ngawi, Jawa Timur.

8. MT Haryono

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur.

Pada masa penjajahan Belanda, MT Haryono sempat mengenyam pendidikan di berbagai tempat. Mulai dari ELS, HBS, hingga sebuah sekolah kedokteran di Ika Dai Gakko.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, MT Haryono bergabung ke TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Berkat prestasinya, MT Haryono berkali-kali naik pangkat hingga mendapat jabatan Letnan Jenderal.

MT Haryono menjadi salah satu korban peristiwa lubang buaya dalam tragedi G30S PKI pada 30 September 1965. Para korban dari tragedi G30S PKI tersebut kemudian dijuluki sebagai Pahlawan Revolusi. Jasad MT Haryono dimakamkan di Kalibata, Jakarta.

9. Soeroso

Raden Pandji Soeroso lahir pada 3 November 1893 di Porong, Jawa Timur. Sesuai dengan keputusan PPKI tentang menteri dan pembagian wilayah menjadi delapan provinsi pada tanggal 19 Agustus 1945, Soeroso ditetapkan sebagai Gubernur Jawa Tengah.

Soeroso juga pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia keempat, Menteri Sosial Republik Indonesia ke-10, serta Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia ke-12 di era kepemimpinan Presiden Soekarno.

Soeroso merupakan pahlawan yang memperjuangkan kesejahteraan pegawai negeri untuk bisa membeli rumah dinas. Soeroso dikenal sebagai Pendiri Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia. Soeroso wafat pada 16 Mei 1981 saat usianya 87 tahun.

10. Mas Isman

Mas Isman lahir pada 1 Januari 1924 di Bondowoso, Jawa Timur. Semasa muda, Mas Isman pernah mengenyam pendidikan di Purwokerto, Cirebon, Malang dan Surabaya.

Mas Isman dikenal sebagai inisiator beberapa organisasi. Mulai dari TKR Pelajar Surabaya pada 1945-1946, TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) Jawa Timur pada 1946-1950, serta Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO).

Mas Isman merupakan pejuang yang memiliki semboyan Tri Dharma. Yakni pengabdian, kerakyatan dan solidaritas. Mas Isman meninggal dunia pada 12 Desember 1982 di Surabaya, Jawa Timur saat berusia 58 tahun.

Nah, Itulah 10 pahlawan nasional asal Jawa Timur menjadi inspirasi bagi banyak orang karena keberanian dan pengabdiannya yang tulus.***

Editor: Siyam

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler