Lebih dari 100 orang tewas dan liga dihentikan sementara kerusuhan sepak bola berakhir dengan bencana, tulis Foxsports Australia di bawah judul berita utama.
Kemenangan 3-2 Persebaya atas rival Arema di derby Jawa Timur memicu banjir pendukung untuk menyerbu lapangan setelah peluit panjang dibunyikan.
Polisi anti huru hara menanggapi dengan gas air mata di dalam stadion, dan rekaman mengerikan yang dibagikan di media sosial menunjukkan para penggemar melarikan diri dari asap tebal melewati pagar.
Gas air mata membuat ribuan penggemar terengah-engah dan banyak yang akhirnya pingsan.
Kerusuhan sepak bola paling mematikan terjadi pada 24 Mei 1964, di Stadion Nasional Peru di Lima, dengan 326 orang.
Sejumlah media terkemuka lainnya, termasuk The Mirror dan The Sun, juga telah melaporkan kerusuhan sepak bola, yang memiliki korban terbanyak kedua di dunia.***