Seiring berjalannya waktu, Cilacap sebagai lokasi masjid ini juga mengalami perubahan signifikan. Dari sebuah wilayah yang perlahan berkembang, Cilacap telah tumbuh menjadi kabupaten yang ramai dan modern.
Namun, dalam keramaian dan dinamika perkembangan tersebut, Masjid Agung Darussalam Cilacap tetap berdiri kokoh sebagai penjaga sejarah, mengingatkan kita akan akar-akar kebudayaan dan keagamaan yang memberi makna pada perjalanan masyarakat setempat.
Dengan demikian, Masjid Agung Darussalam Kabupaten Cilacap Jawa Tengah bukanlah sekadar bangunan fisik, tetapi juga sebuah penanda sejarah yang menceritakan perjalanan panjang dan kompleks masyarakat serta budayanya.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia, masjid ini terus menggugah dan menginspirasi generasi demi generasi untuk tetap menghargai dan menjaga akar sejarah yang memberi identitas pada kita sebagai bangsa.
2. Keunikan Arsitektur dan Jumlah Tiang
Tidak hanya berperan sebagai penjaga sejarah, Masjid Agung Darussalam juga menampilkan ciri khas arsitektur yang sangat istimewa. Bangunan ini didekorasi dengan desain arsitektur yang memikat.
Di antara faktor-faktor yang membantu menciptakan suasana khidmat bagi para jemaah, ketersediaan sirkulasi udara yang optimal dan desain bangunan yang memberikan kenyamanan memiliki peran yang signifikan.
Akan tetapi, salah satu karakteristik paling unik yang mengangkat masjid ini ke permukaan adalah keberadaan jumlah tiang yang luar biasa.
Biasanya, masjid-masjid umumnya memiliki empat tiang penyangga pusat (saka guru), namun dalam Masjid Agung Darussalam, angka ini melonjak hingga 22 tiang.
Tambah lagi dengan penambahan tiang-tiang lain yang tersebar di sekitar kompleks masjid, total keseluruhan mencapai 36 tiang.