Bambu runcing telah menjadi ikon senjata tradisional bagi tentara Indonesia dalam menghadapi penjajah.
Bahkan, pada peristiwa bersejarah 10 Maret 1945 di Surabaya, bambu runcing digunakan sebagai alat perlawanan.
Inilah dasar pembangunan Monumen Bambu Runcing, sebagai wujud penghormatan terhadap sejarah perjuangan tersebut.
Saat kita mengamati Monumen Bambu Runcing, kita akan dengan cepat teringat akan perjuangan hebat pahlawan dalam upaya merebut kemerdekaan kita.
Area sekitar monumen ini dihiasi dengan air mancur, kolam buatan, dan taman yang ditanami beragam tanaman hias.
Tempat wisata di Surabaya ini sering dijadikan tempat relaksasi dan sesi swafoto oleh wisatawan maupun penduduk setempat.
Bambu runcing yang menjadi pusat perhatian dalam monumen ini memiliki makna mendalam terkait dengan keterbatasan senjata modern pada masa itu.
Bambu runcing menjadi simbol semangat juang para prajurit dan warga Indonesia yang bersatu dalam perlawanan.
Lokasinya di Jalan Panglima Sudirman, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya, membuat Monumen Bambu Runcing mudah diakses.
Monumen ini buka 24 jam setiap hari, memungkinkan pengunjung untuk menghormati dan merenung sejarah kapan pun mereka mau.