Network
Kereta dorong ini mampu menampung sekitar 8 orang. Sebagian besar pengunjung angkringan pada waktu itu adalah orang-orang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Mereka memiliki pendapatan di bawah rata-rata, dan harga makanan di angkringan Jogja adalah sesuatu yang dapat mereka akses.
Namun, situasinya berbeda saat ini. Angkringan Jogja tidak hanya diminati oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah, tetapi juga oleh semua lapisan masyarakat, termasuk kalangan atas.
Mereka datang bukan hanya untuk makan, tetapi juga untuk menikmati suasana, berbincang dengan teman atau keluarga, serta menghabiskan waktu bersama.
Seiring berjalannya waktu, kereta dorong kayu tersebut semakin jarang digunakan. Sekarang, makanan disajikan di atas meja yang lebih besar dan lebih nyaman.
Di angkringan Jogja, pengunjung dapat memilih makanan yang mereka sukai dan meminta untuk dihangatkan kembali agar lebih aman saat dikonsumsi.
Harga makanan di angkringan Jogja sangat terjangkau, mulai dari Rp 4.000! Sangat murah, bukan? Selain itu, tersedia juga lauk pauk yang dapat dibeli secara terpisah.
Beberapa hidangan yang ditawarkan antara lain sate hati, sate kulit, sate perut, lontong, nasi dengan sedikit sambal. Selain itu, terdapat juga risoles, sate ayam, telur puyuh, dan masih banyak lagi.
Saat berkunjung ke angkringan Jogja, salah satu hidangan yang paling ditunggu-tunggu adalah nasi kucing. Menurut informasi dari Taste Atlas, nasi kucing merupakan hidangan tradisional Indonesia yang berasal dari Surakarta, Yogyakarta, dan Semarang di Jawa Tengah.
Biasanya, nasi kucing terdiri dari porsi kecil nasi dengan tambahan bahan seperti tempe, ikan kering, dan sambal di atasnya.
