Tragedi Padang Panjang yang pertama terjadi pada 25 Desember 1944, pada masa ketika Indonesia masih dijajah oleh Jepang. Pada saat itu, sebuah kereta api menggunakan lokomotif peninggalan Hindia-Belanda membawa banyak penumpang dari Padang Panjang.
Baca Juga: Butuh Liburan! Kota Bandung Menyediakan 25 Tempat Wisata Yang Indah, Siap Menghilangkan Setres Anda
Namun, nasib tragis menimpanya ketika kereta melintas di jembatan rel kereta yang berada di Silaing, yang sekarang telah menjadi rest area jalan Padang-Padang Panjang. Jembatan rel kereta tersebut putus, menyebabkan seluruh kereta jatuh ke sungai.
Akibatnya, 200 orang tewas dalam kecelakaan tersebut, dan sekitar 250 lainnya mengalami luka serius.
Setelah tragedi pertama ini, kecelakaan serupa terulang lagi. Kali ini, kecelakaan kereta api terjadi di Kelurahan Gantiang, dekat Kota Padang Panjang, di jalur pendakian perbatasan Nagari Panyalaian Tanah Datar. Kembali, kereta api jatuh ke Lembah Anai, menelan ratusan nyawa.
Karena jumlah korban yang sangat besar dari kedua tragedi ini, semua korban tewas dikuburkan secara massal di tempat yang sama, baik yang berasal dari tragedi pertama maupun kedua.
Korban dari tragedi pertama dikuburkan pada kedalaman 5 meter, sedangkan korban dari tragedi kedua dikuburkan di atasnya dengan kedalaman 3 meter.
Sebagai penghormatan terhadap peristiwa ini, dibangunlah sebuah tugu dengan bentuk seperti lokomotif kereta api. Tugu ini mencatat kedua tanggal tragedi Padang Panjang dalam ejaan lama dan tanggal Jawa.