Perjalanan 83 Tahun Bandara Yogyakarta: Dari Lapangan Terbang Maguwo Hingga Jadi Pangkalan Udara Militer

- 3 Oktober 2023, 14:15 WIB
Perjalanan 83 Tahun Bandara Yogyakarta: Dari Lapangan Terbang Maguwo Hingga Jadi Pangkalan Udara Militer/Ilustrasi/Dok, Instagram.com @potretbandaradepatiamir
Perjalanan 83 Tahun Bandara Yogyakarta: Dari Lapangan Terbang Maguwo Hingga Jadi Pangkalan Udara Militer/Ilustrasi/Dok, Instagram.com @potretbandaradepatiamir /

CilacapUpdate.com - Sebuah bandara yang telah berdiri selama 83 tahun di Yogyakarta mengalami perubahan besar dengan mengganti namanya menjadi Pangkalan Udara Militer Adisucipto, menghormati seorang pilot militer Belanda kelahiran 1916 yang memiliki peran penting dalam sejarah penerbangan Indonesia.

Kiprah dan perjalanan bandara ini memiliki cerita menarik yang melibatkan berbagai perubahan, peran dalam sejarah, dan transformasi yang signifikan.

Bandara ini pertama kali dibangun pada tahun 1940 dan selesai pada 1942, digunakan oleh Militaire Luchtvaart atau Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

Namun, saat Jepang menduduki wilayah ini, Belanda terusir dari bandara tersebut, dan bandara tersebut sepenuhnya dikuasai oleh pihak Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengambil alih bandara ini dan mengubahnya menjadi Pangkalan Angkatan Udara.

Baca Juga: Luwu Utara Mendominasi! Inilah Daerah Penghasil Durian Terbesar di Sulawesi Selatan, Palopo Juga Termasuk?

Bandara ini menjadi saksi perkembangan penerbangan yang pesat di Indonesia, dengan pesawat-pesawat AURI yang terus beroperasi di sana dan bahkan menjadi sekolah penerbangan.

Peningkatan signifikan dalam jumlah penumpang akhirnya mendorong pemerintah untuk membangun terminal yang lebih besar pada tahun 1972.

Selanjutnya, pada tahun 1977, terjadi perluasan terminal, dan pada tahun 1992, pengelolaan bandara ini diambil alih oleh Angkasa Pura I.

Baca Juga: Landasan Keberhasilan Pendidikan Anak Anda: Daftar 20 SMP Unggulan di Bogor Akreditasi A BANSM Kemendikbud!

Awalnya, bandara ini dikenal dengan nama "Lapangan Terbang Maguwo." Namun, pada tahun 1952, namanya diubah menjadi "Bandar Udara Adisucipto" untuk menghormati seorang tokoh militer yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia.

Adisucipto, yang lahir pada tanggal 4 Juli 1916, pernah menjadi pilot di Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL), yang merupakan Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang difungsikan untuk berperang.

Selama kariernya, Adisucipto juga menjabat sebagai Ajudan pejabat KNIL, yaitu Kapitein (Kolonel) Clason. Pada masa kemerdekaan Indonesia, Adisucipto mendirikan sebuah sekolah penerbangan di Lapangan Udara Maguwo, Sleman, Yogyakarta.

Baca Juga: Bandung Barat Bikin 'Melongo' Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan UMP Kota Lain Kian Tertinggal

Inilah salah satu faktor yang membuat nama bandara ini diubah menjadi Bandar Udara Adisucipto sebagai penghormatan atas kontribusi besar Adisucipto dalam perkembangan penerbangan di Indonesia.

Selama beberapa tahun, Bandar Udara Adisucipto memiliki status internasional, mulai dari tahun 2004 hingga 2020. Bandara ini menjadi gerbang utama bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Yogyakarta.

Namun, sayangnya, status internasional tersebut dicabut setelah pemerintah meresmikan bandara baru di Kulon Progo.

Kini, Bandara Adisucipto telah difungsikan hanya sebagai pangkalan udara militer atau VVIP saja, yang membuatnya tertutup untuk umum.

Baca Juga: Bagaimana Akreditasi Mempengaruhi Kualitas SMP di Cirebon? Simak 16 SMP Akreditasi A Data BANSM Kemendikbud

Meskipun demikian, sejarah panjang dan beragam peran yang dimainkan oleh bandara ini selama 83 tahun memberikan kesaksian penting tentang evolusi penerbangan dan hubungannya dengan perubahan sosial dan politik di Indonesia.***

Editor: Achmad Ade Salim Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x