Biografi dr Kariadi sang Pahlawan Kesehatan, Dokter yang Gugur Ditembak Saat Meneliti Air Racun Buatan Jepang

- 24 Maret 2022, 19:30 WIB
RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk mengenang Pahlawan Kariadi, Dokter yang Gugur Ditembak Saat Meneliti Air Racun Buatan Jepang
RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk mengenang Pahlawan Kariadi, Dokter yang Gugur Ditembak Saat Meneliti Air Racun Buatan Jepang /Tangkapan layar / ppid.rskariadi.co.id

CilacapUpdate.com - Biografi dr. Kariadi yang dikenal sebagai salah satu tokoh kesehatan Indonesia yang gugur tertembak saat sedang meneliti air yang diracun oleh tentara Jepang.

Dalam artikel ini kita akan membahas Biografi dr. Kariadi, beliau adalah sosok tokoh kesehatan yang cukup penting dalam masa kemerdekaan Indonesia, serta dikenal dengan keberaniannya.

Bagi kalian yang ingin mengetahui Biografi dr. kariadi secara singkat, maka kalian bisa menyimak ulasannya. Sebagai mana dikutip CilacapUpdate dari berbagai sumber.

Baca Juga: Profil dan Biografi Raden Fatah Alias Jin Bun, Sang Pendiri Kerajaan Pertama Islam Indonesia

Berikut adalah Biografi dr. kariadi gugur tertembak saat sedang meneliti air yang diracun oleh tentara Jepang.

Biografi Singkat Kariadi

Kariadi lahir di Malang pada tanggal 15 September 1905, kedua orang tuanya adalah pribumi yang menghabiskan waktu di ladang. Ia memulai pendidikan dasarnya di Hollandsch School di Malang. Pada tahun 1920 ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di HIS Sidoarjo.

Pada tahun 1921 masuk pendidikan kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School di Surabaya. Salah satu Sekolah Kedokteran untuk Pribumi, dan lulus pada tahun 1931.

Baca Juga: Cara Mudah Daftar Vaksin Booster Syarat Mudik di Hari Raya Idul Fitri 2022, Gampang Tidak Ribet!

Pengorbanan Kariadi di Bidang Kedokteran

Berkat kecerdasannya, ia diangkat asisten seorang tokoh terkemuka dalam gerakan Budi Utomo, yaitu Dr. Soetomo. Saat itu beliau menjabat di Centrale Burgerlijke di Surabaya.

Ia menjabat selama sekitar tiga tahun, kemudian dipindahkan ke Manokwari, sebagai relawan kesehatan. Berdasarkan biografi dr Kariadi beliau dipindahkan ke Kroya, setelah tiga tahun di Tanah Papua. Belum genap 2 tahun bertugas dipindah ke luar Jawa tepatnya di Martapura.

Sebelum Kariadi setuju untuk mengalihkan tugasnya kepada dia terlebih dahulu menikah dengan pacarnya, drg. Soenarti. Istri Kariadi adalah seorang dokter gigi lulusan STOVIT, sebagai dokter gigi asli India Belanda pertama

Baca Juga: Sinopsis dan Link Nonton American Assassin, Balas Dendam Dylan O'Brien Atas Kematian Pacarnya

Kemudian pada tanggal 1 Juli 1942, Kariadi dan istrinya ditugaskan ke kota Semarang. Kariadi diangkat menjadi kepala laboratorium malaria di RS Pusat Rakyat. Pada waktu itu, aula rumah sakit digunakan sebagai markas perjuangan pemuda Semarang.

Gugurnya Kariadi Saat Meneliti Air yang Diracun

Setelah proklamasi , para pemuda Semarang berusaha melucuti senjata tentara Jepang yang berpangkalan di Jatingaleh, kota Semarang.

Dalam biografi Dr. Kariadi, disebutkan pada tanggal 13 Oktober 1942, pasukan Jepang putus asa. Peristiwa pertempuran 5 hari merupakan rangkaian perang antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang pada masa transisi.

Dimulai ketika Jepang mendarat di dari Jawa pada 1 Maret 1942, disusul oleh pemukim Belanda pada 8 Maret 1942.

Baca Juga: KPI Larang Lembaga Penyiaran Siarkan Ungkapan Hina Agama, Candaan Lewati Batas Bakal Kena Sanksi

Tiga tahun kemudian situasi di kota Semarang memanas dan pecah perang. Pada tanggal 14 Oktober 1942, Mayor Kido menolak untuk mengangkat senjata. Akibatnya, kaum muda menjadi marah mulai melawan konfrontasi.

Aula Rumah Sakit Purusara digunakan sebagai jenderal perjuangan rakyat, memaksa personel untuk berpartisipasi aktif dalam upaya untuk menghadapi Jepang. Tak ketinggalan pula Dokter Kariadi yang terlibat dalam pertarungan.

Puncaknya di tanggal 14 Oktober 1945 pukul 06.30 dimana para pemuda rumah sakit, mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat RS Purusara. Dengan taktik yang telah direncanakan, para pemuda menyita mobil sedan milik Kempetai dan menyita senjata.

Baca Juga: Apakah Ibu Menyusui Tetap Puasa di Bulan Ramadhan? Simak Penjelasan Buya Yahya

Sedangkan pemuda lainnya mencari tentara Jepang dan menjebloskannya ke penjara Bulu. Dalam biografi Dr. Kariadi, setelah matahari terbenam, dokter menerima telepon dari kepala rumah sakit Purusara.

Dia diperintahkan untuk memverifikasi kebenaran karena ada rumor bahwa Siranda telah diracuni oleh tentara Jepang. Mengingat tempat tersebut merupakan sumber air minum warga Semarang, dokter Kariadi segera mengambil tindakan.

Saat hendak pergi, Kariadi mendapat tentangan dari keluarga. Istri Kariadi khawatir dengan kondisi di sana, di mana kekacauan antara anak muda dan Jepang tidak dapat dikendalikan. Namun jiwa nasionalis dan baktinya tak mau diam, dia bersikeras mengecek keamanan sumber air minum.

Baca Juga: Pendaftaran UTBK SBMPTN dibuka Tanggal 23 Maret Hingga 15 April, Berikut Cara Daftar dan Biayanya

Meski suasana kota Semarang mencekam, tak menyurutkan niat sang dokter, karena nasib ribuan penduduk ada di tangannya. Sayangnya tentara Jepang berusaha menggagalkan usahanya, pasukan bersenjata tersebut membunuh dokter Kariadi di lokasi bersamam dengan delapan karyawan RS Purusara.

Gelar Pahlawan Kariadi

Atas jasa dan pengorbanan dr. Kariadi, pemerintah Indonesia melalui presiden Soeharto kemudian menganugerahkan berupa Satya Lencana Kebaktian Sosial kepadanya.

Sementara RS Purusara tempat dr.Kariadi meninggal dunia dan kemudian berganti nama menjadi RS Dr Kariadi Semarang untuk menghormati pengorbanan Kariadi.

Baca Juga: Penyelesaian Akun Permanen untuk Daftar SBMPTN Diperpanjang, LTMPT Minta Jangan Sia-siakan Kesempatan

Dokter Kariadi dikenang karena dedikasinya di bidang kesehatan, membantu pasien dengan tanpa pamrih. Selama pertempuran lima hari Semarang berlangsung, beliau turut membakar semangat juang para pemuda.

Di tengah pertempuran yang menegangkan, dia selalu bersikeras untuk memeriksa kebenaran tentang masalah racun di sumber air minum warga. Namun perjuangan Kariadi harus terhenti ketika tentara Jepang menembaknya dadanya.***

Editor: Lutfi Ramadhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah