Ferry Irwandi Kecewa Keputusan Pemerintah Menutup Tiktokshop

- 3 November 2023, 17:26 WIB
Tangkap Layar/Ilustrasi TiktokShop
Tangkap Layar/Ilustrasi TiktokShop /

CilacapUpdate.com - Ferry Irwandi yang sebelumnya membuat konten mengenai Project S Tiktok, melalui kanal YouTube-nya, mengungkapkan bahwa dirinya kecewa dengan kebijakan pemerintah yang menutup Tiktok Shop.
 
Ramainya masyarakat mendiskusikan bahaya tiktok shop, salah satunya berawal dari video Ferry yang membahas mengenai tiktok shop yang kemudian ditake down oleh pihak tiktok dengan alasan konten perjudian. Hal ini membuat pembahasan di dunia Maya makin ramai digaungkan.
 
Padahal, maksud dari konten Project S Tiktok tersebut berkonsep mengenai National Security. Menurutnya di berbagai negara termasuk China, mereka memiliki regulasi yang jelas.
 
"Tiktok itu benar-benar diregulasi di berbagai negara, bahkan negara maju sekali pun kaya di Prancis, Norwegia, Amerika Serikat, bahkan di China sendiri pun diregulasi dengan ketat," kata Ferry Irwandi dalam video berjudul Salah Respon Pemerintah Tentang Tiktok.
 
 
 
Dia merasa mengenai regulasi ini Pemerintah Indonesia cukup abai. Dengan membiarkan e-commerce menyatu dengan social media. Dan menurutnya, social commerce belum memiliki payung hukum yang meregulasi.
 
Dalam video yang diunggah pada 31 Oktober 2023 tersebut, Ferry juga mengatakan Indonesia memiliki Permendagri no. 50 tahun 2020. Poin penting dari Permendagri tersebut adalah melindungi produk lokal.
 
Ferry menganggap poin itu penting. Hal ini dikarenakan, poin tersebut melindungi produk lokal dari gempuran produk dari luar negeri. Yang membuat produk dalam negeri kalah harga dengan produk impor yang ada di tiktok.
 
"Jangan heran, barang-barang di tiktok bisa sangat murah karena kekuatan produksinya berbeda, misalnya untuk produk yang sama di China produksi sampai 10.000 katakanlah, terus di Indonesia cuma bisa diproduksi 1000. Jelas di situ akan ada yang dinamakan predator pricing," kata Ferry.
 
Predator pricing merupakan strategi penjualan dengan menurunkan harga jual serendah-rendahnya lebih rendah dari harga normal secara drastis.
 
Hal ini kata Ferry, sangat merugikan pengusaha dan UMKM lokal, karena mereka menjual barang impor ilegal. Yang menyebabkan UMKM kalah saing dari segi harga sehingga market dikuasai oleh pedagang impor ilegal.
 
"Itu jelas merugikan perekonomian Indonesia secara keseluruhan," kata Ferry.
 
Menurut Ferry, kerugian itu diakibatkan kalah bersaingnya produk lokal di platform tersebut dengan produk impor ilegal yang dijual jauh lebih murah. Maka dari itu dia menegaskan pentingnya regulasi yang mengatur social commerce.
 
"Tanpa regulasinya hal-hal seperti ini engga bisa kita kendalikan. Dan siapa yang rugi? Ya masyarakat sendiri," kata Ferry.
 
 
Kesalahan Pemerintah Mengeksekusi Kebijakan Social Commerce Menurut Ferry
 
1. Pemerintah Salah Membawakan Narasi
 
Salah satu contoh kesalahan Pemerintah Indonesia adalah membawa narasi, "Tanah Abang sepi karena Tiktokshop atau live Tiktok".
 
Ferry mengaku kecewa dengan cara pemerintah menindaklanjuti isu yang berkembang. Terutama mengenai Project S dan Tiktokshop.
 
"Gua sangat-sangat tidak setuju dengan narasi Tanah Abang sepi karena Tiktokshop," kata Ferry.
 
Padahal kenyataannya setelah Tiktokshop ditutup tidak memberi dampak yang signifikan terhadap para pengusaha kecil maupun pasar-pasar tradisional.
 
Karena menurutnya ada faktor berbeda yang menyebabkan sepinya Tanah Abang.
 
"Faktor yang menentukan sepinya Pasar Tanah Abang dan Tiktokshop ini dua hal yang berbeda gitu. Seharusnya yang jadi concern pemerintah adalah memberikan edukasi yang baik tentang e-commerce dan social commerce. Serta perizinan yang seharusnya memayungi praktek bisnis yang dilakukan Tiktok," kata Ferry.
 
Hal tersebut menurutnya lebih efektif daripada menjual narasi Tanah Abang Sepi. Akibat narasi tersebut, pedagang Tanah Abang kembali menuntut ditutupnya e-commerce lain seperti Shopee, Lazada dan lain sebagainya. 
 
2. Ditutupnya Tiktokshop
 
Ditutupnya Tiktokshop merupakan salah satu hal yang membuatnya Ferry Irwandi kecewa. Karena hal tersebut merugikan pedagang di Tiktokshop.
 
Kurangnya waktu persiapan untuk menghadapi penutupan Tiktokshop, membuat para pedagang mengaku rugi.
 
Dalam unggahannya Ferry menyisipkan cuplikan video dr. Richard Lee, MARS, yang menyebutkan kerugian mereka disebabkan oleh banyaknya stok yang para penjual siapkan. Namun, kini tempat penjualan stok itu sudah tidak ada lagi.
 
 
Stok barang penjual di tiktok melimpah karena mereka mendapatkan banyak pembelian. Dan untuk mengatasinya itu para pedagang mau tidak mau harus menyetok barang untuk beberapa bulan ke depan.
 
Kalo gue jualan 41 miliar 1 hari loh, 1 bulan omzet gue anggap saja 30 sampai 50 miliar artinya kan, artinya kan apa gue harus nyetok barang. Dan nyetok barang itu bukan untuk 1 bulan kita harus mikirin Oktober, November, Desember," kata Richard Lee 
 
Dokter Richard Lee mengatakan, meski dia memiliki klinik offline dan Company yang mapan tetap saja bingung bagaimana cara mengatasi stok yang berlimpah.
 
Ferry Irwandi berpendapat, seharusnya pemerintah dan tiktok bergerak memberikan fleksibilitas dan kemudahan untuk masyarakat.
 
Dia juga berharap Tiktokshop bisa beroperasi kembali dengan regulasi yang sudah diatur oleh peraturan yang sah di Republik Indonesia.***

Editor: Muhammad Nasrulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x