Masa Kegelapan Berakhir, Warga Bondan Kampung Laut Sambut Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid Dengan Suka Cita

- 9 November 2022, 06:30 WIB
 Anak-anak Dusun Bondan Desa Ujung Alang Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap sekarang lebih semangat belajar setelah listrik dengan metode PLTH masuk ke kampung mereka.
Anak-anak Dusun Bondan Desa Ujung Alang Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap sekarang lebih semangat belajar setelah listrik dengan metode PLTH masuk ke kampung mereka. /Nasrulloh/CilacapUpdate.com

 

CilacapUpdate.com - Pepatah 'Balik kampung, Bangun Kampung' layak dan tidak berlebihan disematkan kepada Muhammad Jamaluddin (30).

Pemuda asal Dusun Bondan Desa Ujung Alang Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap ini memilih tantangan dengan rela pulang ke kampung pada saat sedang mapan di perantauan di Jakarta, demi membangun kampungnya, Kampung Laut.

Jamal, demikian dia kerap dipanggil, pemuda kelahiran Karawang Jawa Barat yang sejak 1996 telah di Kampung Laut mengikuti orang tuanya mengungkapkan, sebenarnya dirinya bisa saja merantau ke kota kembali dengan pendapatan lebih menjanjikan.

Tetapi tidak dia lakukan setelah mengingat perjuangan ayahnya dan warga yang sudah membangun Bondan dari jaman kegelapan saat belum ada listrik menjadi Dusun yang terang dengan masuknya listrik dan penuh harapan.

"Sebenarnya ada pemikirian kepengin keluar (merantau lagi), tetapi kalau bukan saya yang memajukan Bondan, siapa lagi," ungkap Jamal yang pulang dari Jakarta tahun 2017 lalu ini, Jumat 27 Oktober 2022.

Baca Juga: Kampung Jadi Penuh Warna, Warga Korban Bencana Tanah Bergerak di Majenang Cilacap Termotivasi untuk Bangkit

Dia menceritakan, saat listrik belum masuk tahun 2017, malam hari di Dusun Bondan selalu dalam kegelapan.

Lokasi Bondan yang berada di pulau terluar Jawa, masuk kategori Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T), serta tidak memiliki akses jalan menyulitkan perusahaan listrik untuk memasuki Bondan.

Saat itu, untuk penerangan, warga menggunakan lentera atau yang mereka sebut lampu sentir atau klenting berbahan bakar minyak tanah.

Baru, setelah program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Kilang Pertamina Indonesia (KPI) Unit Cilacap masuk, dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada 2017, malam hari di Bondan tidak lagi gelap.

Malam di Bondan saat ini sudah terang dengan cahaya lampu, begitu juga perekonomiannya mulai tumbuh. Dan yang tidak kalah penting, pendidikan anak-anak Dusun Bondan sangat terbantu dengan keberadaan listrik.

"Dulu saat saya kecil belajar ya ala kadarnya, karena gelap sekali. Tetapi adik-adik saya sekarang bisa belajar dengan baik di malam hari," imbuh Jamal yang kemudian dipercaya sebagai pengelola PLTS.

Baca Juga: Miliki PLTS Berkapasitas 2,34 MWp, Energi Terbarukan Itu Bukan Isapan Jempol Semata, Memang Nyata Adanya

Dari PLTS yang kemudian berkembang menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) pada 2018 saat ini telah mampu menerangi sebanyak 40 rumah di Bondan. Masuknya listrik tersebut membuat warga bisa menonton acara televisi yang sebelumnya hanya seperti mimpi.

Kapasitas daya listrik pun terus bertambah, dari kapasitas sebelumnya sebanyak 6.000 watt peak (Wp), di tahun 2019 naik menjadi 12.000 Wp, dan satu tahun berikutnya naik kembali menjadi 16.200 Wp.

"Tahun 2020 awal bertambah lagi menjadi 16.200 Wp, itu untuk kebutuhan industri juga," terangnya.

Pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan Ujung Alang Kampung Laut Muhammad Jamaludin menceritakan, dirinya rela pulang kampung dari perantauan setelah ada listrik masuk ke desanya.
Pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan Ujung Alang Kampung Laut Muhammad Jamaludin menceritakan, dirinya rela pulang kampung dari perantauan setelah ada listrik masuk ke desanya. CilacapUpdate.com

Adanya PLTH pada tahun 2017 menjadi awal perubahan Bondan ke arah yang lebih baik. Setelah listrik masuk dengan pendampingan program CSR KPI Unit Cilacap, kemudian dibangun mesin desalinasi air bernama Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas) satu tahun berikutnya atau 2018.

Adanya Sidesi Mas ini menurut dia sangat membantu warga, karena sebelum itu warga harus menggunakan perahu sejauh 7 kilometer menuju Pulau Nusakambangan untuk mendapatkan air bersih, dengan biaya yang tidak sedikit yakni sekitar Rp 250.000 untuk mendapatkan air bersih satu perahu penuh atau sebanyak sembilan drum.

"Dulu kita kesulitan mendapatkan air bersih, ketika musim kemarau kita ambil air bersih di sebuah bukit di Nusakambangan, dengan segala resiko tentunya," terang dia.

Sedikitnya dia memerlukan waktu hingga tiga jam untuk mendapatkan air bersih di Nusakambangan saat itu, untuk bolak-balik Bondan-Nusakambangan. Sampai Nusakambangan pun, dia belum tentu mendapatkan air bersih, karena dia harus mengantri dengan warga lain untuk mendapatkan air bersih.

Baca Juga: Pembelian Pertalite dan Solar Melalui Aplikasi MyPertamina Tidak untuk Semua Kendaraan, Ini Kata Pertamina

"Jadi ketika kita berangkat (ke Nusakambamgan) siang, bisa jadi kita pulang tidak bawa air. Jadi kalau kita mau ambil air ya paling tidak jam tiga atau jam empat dini hari," ungkapnya.

Adanya Sidesi Mas ini yang setiap harinya mampu memproduksi sekitar 2.000 liter juga telah sangat menghemat uang warga.

Untuk kebutuhan perawatan, perbaikan dan operasional pengurus, warga dipatok Rp 1.500 per derigennya. Itu jauh lebih murah dari biaya mengambil air di Nusakambangan yang mencapai Rp 5.000 perderigennya.

"Untuk warga sendiri perhari bisa mengambil 5 derigen atau 150 liter. Yang pasti Sidesi Mas ini mengurangi beban warga Bondan, tanpa harus ke Nusakambangan," terangnya.

Setelah listrik dan Sidesi Mas, dari warga dengan pendampingan dari KPI Unit Cilacap kemudian mulai membangun industri rumahan, berupa makanan.

Area Manager Communication, Relations & CSR RU IV Cilacap – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Cecep Supriyatna menyatakan, fasilitas Sidesi Mas diresmikan langsung oleh General Manager Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap Joko Pranoto, 12 September 2020.

Baca Juga: TKP Kebakaran Kapal Berjarak 1,5 KM dari Jetty Area 70, Pertamina Pastikan Tidak Ganggu Distribusi BBM

“Fasilitas ini menjadi solusi penting dalam mengatasi persoalan kelangkaan air bersih yang memenuhi standar baku mutu air sanitasi,” ungkapnya.

Sidesi Mas, Cecep menambahkan, berada satu komplek dengan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) yang juga binaan program CSR Pertamina. Fasilitas berkapasitas 240 liter/jam ini merupakan kerjasama Pertamina dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC).

“Dengan jumlah warga dusun ini sekitar 80 KK, fasilitas ini cukup untuk kebutuhan warga,” tutup Cecep. ***

 

Editor: Muhammad Nasrulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x