Baru, setelah program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Kilang Pertamina Indonesia (KPI) Unit Cilacap masuk, dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada 2017, malam hari di Bondan tidak lagi gelap.
Malam di Bondan saat ini sudah terang dengan cahaya lampu, begitu juga perekonomiannya mulai tumbuh. Dan yang tidak kalah penting, pendidikan anak-anak Dusun Bondan sangat terbantu dengan keberadaan listrik.
"Dulu saat saya kecil belajar ya ala kadarnya, karena gelap sekali. Tetapi adik-adik saya sekarang bisa belajar dengan baik di malam hari," imbuh Jamal yang kemudian dipercaya sebagai pengelola PLTS.
Dari PLTS yang kemudian berkembang menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) pada 2018 saat ini telah mampu menerangi sebanyak 40 rumah di Bondan. Masuknya listrik tersebut membuat warga bisa menonton acara televisi yang sebelumnya hanya seperti mimpi.
Kapasitas daya listrik pun terus bertambah, dari kapasitas sebelumnya sebanyak 6.000 watt peak (Wp), di tahun 2019 naik menjadi 12.000 Wp, dan satu tahun berikutnya naik kembali menjadi 16.200 Wp.
"Tahun 2020 awal bertambah lagi menjadi 16.200 Wp, itu untuk kebutuhan industri juga," terangnya.
Adanya PLTH pada tahun 2017 menjadi awal perubahan Bondan ke arah yang lebih baik. Setelah listrik masuk dengan pendampingan program CSR KPI Unit Cilacap, kemudian dibangun mesin desalinasi air bernama Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas) satu tahun berikutnya atau 2018.
Adanya Sidesi Mas ini menurut dia sangat membantu warga, karena sebelum itu warga harus menggunakan perahu sejauh 7 kilometer menuju Pulau Nusakambangan untuk mendapatkan air bersih, dengan biaya yang tidak sedikit yakni sekitar Rp 250.000 untuk mendapatkan air bersih satu perahu penuh atau sebanyak sembilan drum.