Jejak Kejayaan Aru: Kisah Kerajaan Maritim yang Terlupakan di Selat Malaka

Tayang: 29 September 2024, 05:31 WIB
Penulis: Siyam
Editor: Tim Cilacap Update
Kerajaan Aru
Kerajaan Aru / Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia

CilacapUpdate.com - Di antara riak gelombang Selat Malaka yang membentang luas, terukir kisah tentang kerajaan maritim yang pernah berjaya, Kerajaan Aru. Namanya mungkin tak setenar Sriwijaya atau Majapahit, namun eksistensinya meninggalkan jejak penting dalam pusaran sejarah Nusantara, khususnya di jalur perdagangan strategis Selat Malaka. Kerajaan ini muncul di berbagai sumber sejarah, mengungkap perannya sebagai penguasa maritim yang disegani sekaligus ditakuti.

Keberadaan Kerajaan Aru terekam dalam Kakawin Nāgarakŗtāgama, sebuah karya sastra Jawa Kuno dari era Majapahit. Dalam kitab tersebut, Aru disebut sebagai salah satu wilayah yang berada di bawah naungan Majapahit. Jauh setelah masa keemasan Majapahit, nama Aru kembali muncul dalam catatan Dinasti Ming, Tiongkok, menandakan pengaruhnya yang tetap terjaga.

Aru: Dari Kerajaan Kapur Barus Hingga Diplomasi Internasional

Catatan-catatan Tiongkok dari abad ke-15 menggambarkan Aru sebagai kerajaan kecil yang terletak di pesisir timur Sumatra. Kehidupan ekonomi Aru bertumpu pada perdagangan kapur barus, komoditas berharga yang banyak dicari di sepanjang jalur perdagangan Selat Malaka. Aru juga dikenal aktif menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, termasuk Dinasti Ming. Pengiriman hadiah kepada Kaisar Ming menjadi bukti nyata keterlibatan Aru dalam kancah politik regional.

Meskipun awalnya dianggap sebagai kerajaan kecil, Aru mengalami transformasi signifikan di abad ke-16. Ketika kekuatan-kekuatan besar seperti Portugis dan Kesultanan Aceh mulai merambah Selat Malaka, Aru tampil sebagai kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Baca Juga: Cerita di Balik Kejatuhan Dinasti Sailendra: Benarkah Ada Kaitannya dengan Munculnya Airlangga?

Perang Melawan Aceh dan Jatuhnya Sebuah Kerajaan

Aru, yang telah memeluk Islam sejak kunjungan Laksamana Cheng Ho, menorehkan kisah heroik dalam menghadapi gempuran Kesultanan Aceh. Konflik antara kedua kerajaan ini dipicu oleh ambisi ekspansionis Aceh yang ingin menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka.

Puncak perseteruan terjadi pada tahun 1539 ketika Aru memutuskan untuk meminta bantuan Portugis yang telah menguasai Melaka. Bantuan persenjataan dari Portugis menjadi amunisi bagi Aru dalam menghadapi gempuran pasukan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar. Pertempuran sengit tak terelakkan. Aru, dengan segala keterbatasannya, berjuang mati-matian mempertahankan kedaulatannya.

Perang Aru-Aceh berlangsung dalam beberapa babak, diwarnai intrik politik dan pengkhianatan. Pada akhirnya, setelah melalui perlawanan sengit selama bertahun-tahun, Aru takluk di bawah kekuatan militer Aceh yang lebih besar. Ibu kota Aru jatuh ke tangan pasukan Aceh, menandai berakhirnya era kejayaan kerajaan maritim ini. Meskipun Aru runtuh, kisahnya tetap menjadi bagian penting dalam sejarah maritim Nusantara.

Peninggalan dan Warisan Kerajaan Aru

Kerajaan Aru mungkin telah lama hilang ditelan waktu, namun jejak-jejak kejayaannya masih bisa kita telusuri hingga saat ini. Sumber-sumber sejarah, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi jendela untuk mengintip kehebatan Aru di masa lampau. Cerita tentang keberanian dan kegigihan mereka dalam menghadapi kekuatan-kekuatan besar menjadi pelajaran berharga bagi generasi penerus.

Meskipun wilayahnya kini telah menjadi bagian dari Indonesia, kisah Kerajaan Aru mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kerja sama dalam menghadapi tantangan. Sejarah Aru mengajarkan bahwa perbedaan seharusnya tidak menjadi penghalang untuk membangun bangsa yang kuat dan berdaulat. Semangat juang Aru, kerajaan maritim yang pernah menguasai lautan, layak untuk terus kita kenang dan teladani.***

 


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub