Dokter Tempo Dulu: Penyelamat Jiwa sekaligus Ancaman Berbahaya

Tayang: 29 September 2024, 19:09 WIB
Editor: Lutfi Ramadhan
Peran Ganda Dokter di Masa Lampau: Penyelamat Jiwa dan Ancaman Berbahaya
Peran Ganda Dokter di Masa Lampau: Penyelamat Jiwa dan Ancaman Berbahaya /klinikjoydental

 

CilacapUpdate.com - Sejak zaman kuno, profesi dokter selalu dipandang mulia dan dihormati layaknya seorang cendekiawan. Kemampuan mereka menyembuhkan penyakit dan meringankan penderitaan menempatkan mereka pada posisi penting dalam masyarakat. Di masa lampau, dokter tidak hanya dipandang sebagai penyembuh, tetapi juga sebagai sosok yang dekat dengan pengetahuan sakral dan spiritual.

Sebut saja istilah “waidya” dalam Bahasa Jawa Kuno, yang merujuk pada profesi dokter, berasal dari kata Sanskerta “veda”, yang berarti kitab suci umat Hindu. Hal ini menunjukkan bahwa profesi dokter dianggap memiliki pengetahuan yang erat kaitannya dengan spiritualitas dan dianggap sebagai orang yang menguasai ilmu kedewataan.

Tidak hanya dalam kebudayaan Hindu, dalam kepercayaan Buddha pun, peran dokter sangat dijunjung tinggi. Sosok Jivaka, dokter pribadi Siddharta Gautama, menjadi bukti betapa pentingnya peran seorang dokter. Jivaka tidak hanya bertanggung jawab atas kesehatan fisik Sang Buddha, tetapi juga menjadi muridnya dan membangun salah satu vihara tertua di dunia, Sangha Jivakrama. Hingga kini, Jivaka masih dihormati sebagai patron utama dalam dunia kedokteran tradisional di negara-negara dengan mayoritas penduduk Buddha seperti Thailand dan Tiongkok.

Jejak Sejarah Kedokteran di Nusantara

Di Indonesia, jejak sejarah keberadaan dokter telah terekam dalam data arkeologis dan epigrafis sejak masa awal sejarah. Prasasti Waharu I dari tahun 873 Masehi menyebutkan bahwa walyan atau tabib termasuk dalam golongan mangilala drabya haji , yaitu abdi raja yang digaji dari pajak rakyat. Relief di Candi Borobudur pun menggambarkan aktivitas pengobatan tradisional seperti pemijatan dan proses persalinan. Hal ini membuktikan bahwa profesi dokter telah ada dan memainkan peran penting dalam masyarakat Nusantara sejak zaman kuno.

Meskipun memiliki peran vital dalam masyarakat, profesi dokter di masa lampau juga memiliki sisi gelap. Karena kesehatan merupakan aspek penting dalam dunia sosial-politik, seorang dokter tidak hanya dianggap mampu menyembuhkan, tetapi juga berpotensi menyebarkan penyakit. Oleh karena itu, para penguasa di masa lalu memberikan perhatian khusus terhadap tindak tanduk para dokter di wilayah kekuasaannya.

Baca Juga: Sebelum Kertas Ada, Ada Timah: Ini Kisah Peradaban Kuno di Sumatera yang Jarang Diketahui

Etika dan Hukuman Bagi Dokter di Masa Lampau

Naskah-naskah kuno dari era Majapahit, seperti naskah Agama yang berasal dari abad ke-14, menjabarkan secara rinci tentang etika dan peraturan yang mengikat profesi dokter. Naskah tersebut menyebutkan bahwa pasien wajib membayar jasa dokter secara tunai, dan dokter yang gagal menyembuhkan pasien, bahkan hingga menyebabkan kematian, akan dikenakan denda atau hukuman berat. Hukuman bagi dokter yang lalai bahkan bisa berupa hukuman mati, terutama jika pasien yang meninggal adalah seorang brahmana atau pendeta.

Selain naskah-naskah dari era Majapahit, jejak sejarah kelam terkait profesi dokter juga terekam dalam prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur, Palas Pasemah, dan Telaga Batu menyebutkan beberapa tindakan kriminal yang kemungkinan dilakukan oleh oknum dokter, seperti menularkan penyakit, meracuni, dan membuat orang menjadi gila dengan menggunakan tamval atau getah ganja. Disebutkannya bahan-bahan tertentu dalam prasasti tersebut mengindikasikan bahwa pelaku kejahatan tersebut memiliki pengetahuan tentang ilmu farmasi tradisional, sehingga besar kemungkinan pelakunya adalah oknum dokter atau tabib.

Kisah Tabib Tanca dan Konspirasi Pembunuhan Raja Jayanagara

Salah satu kisah paling terkenal yang melibatkan dokter dalam tindakan kriminal di Nusantara adalah kisah Tabib Tanca, yang tercatat dalam naskah Pararaton . Tabib Tanca awalnya ditugaskan untuk mengobati bisul di kaki Raja Jayanagara dari Kerajaan Majapahit. Namun, karena terus gagal mengobati sang raja, Tanca meminta Jayanagara untuk melepaskan jimat kebalnya agar proses pengobatan dapat berjalan lancar. Tanpa diduga, Tanca justru memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuh Raja Jayanagara dengan pisau bedahnya. Akibat perbuatannya, Tabib Tanca langsung dijatuhi hukuman mati oleh Gajah Mada, yang saat itu menjabat sebagai pemimpin pasukan pengawal raja.

Dari berbagai catatan sejarah tersebut, terlihat jelas bahwa profesi dokter di masa lampau merupakan profesi yang penuh dilema. Di satu sisi, mereka adalah penyelamat jiwa yang dihormati dan dijunjung tinggi. Namun di sisi lain, mereka juga berpotensi menjadi ancaman berbahaya jika menyalahgunakan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki. Kisah-kisah kelam tentang oknum dokter yang terlibat dalam tindakan kriminal menjadi pengingat bahwa profesi mulia ini juga rentan disusupi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Refleksi dari Peran Ganda Dokter di Masa Lampau

Menengok kembali peran ganda dokter di masa lampau memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita. Pentingnya menjaga etika dan moral dalam menjalankan profesi, serta bahaya penyalahgunaan pengetahuan, menjadi poin penting yang dapat dipetik dari kisah ini. Profesi dokter adalah profesi yang mulia, namun di tangan yang salah, bisa berbalik menjadi ancaman. Oleh karena itu, penting bagi setiap insan yang berkecimpung di dunia medis untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan etika profesi, agar peran mulia sebagai “penyelamat jiwa” dapat terus dijalankan dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat luas.***

 


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub