CilacapUpdate.com - Sejarah mencatat Amangkurat II sebagai raja Mataram yang penuh intrik dan kontroversi. Tak hanya lihai dalam memanipulasi politik, ia juga dikenal memiliki kisah asmara terlarang. Bagaimana sepak terjang Amangkurat II dalam memainkan politik dan asmara? Mari kita telusuri lebih dalam.
Amangkurat II, putra dari Amangkurat I, mewarisi takhta Kesultanan Mataram dengan cara yang jauh dari kata terhormat. Ia bersekongkol dengan Raden Trunojoyo untuk menggulingkan ayahnya sendiri. Trunojoyo, seorang bangsawan Madura yang menyimpan dendam pada Amangkurat I, berhasil menguasai sebagian besar Jawa Timur. Di tengah kekacauan itu, Amangkurat I melarikan diri dan wafat dalam pelarian.
Naiknya Amangkurat II ke tahta tak lepas dari dukungan VOC, perusahaan dagang Belanda yang saat itu memiliki pengaruh besar di tanah Jawa. Namun, seiring berjalannya waktu, Amangkurat II mulai merasa terancam dengan kekuatan VOC. Ia pun merancang strategi untuk melepaskan diri dari cengkeraman Belanda.
Jebakan Maut untuk Utusan VOC
Salah satu strategi Amangkurat II untuk melemahkan VOC adalah dengan memanfaatkan Untung Surapati, seorang mantan budak VOC yang menjadi buronan. Amangkurat II memberikan perlindungan kepada Untung Surapati dan menjadikannya sebagai alat untuk melawan Belanda.
Pada tahun 1685, VOC mengirim Kapten François Tack ke Mataram untuk menegosiasikan utang Amangkurat II dan menangkap Untung Surapati. Amangkurat II yang cerdik berpura-pura membantu VOC dengan memerintahkan pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Untung Surapati.
Namun, itu hanyalah jebakan. Saat pasukan VOC yang dipimpin Kapten Tack tiba di lokasi, mereka justru diserang oleh pasukan Mataram dan Untung Surapati. Pertempuran sengit tak terelakkan. Kapten Tack tewas bersama puluhan anak buahnya.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Tan Jin Sing: Dari Kapiten Cina Hingga Menjadi Bupati Kontroversial
Peristiwa itu membuat VOC murka. Mereka menemukan bukti bahwa Amangkurat II terlibat dalam penyerangan tersebut. VOC pun menuntut penjelasan dan pertanggungjawaban dari Amangkurat II.
Pengkhianatan dan Akhir Tragis Trunojoyo
Di tengah tekanan VOC, Amangkurat II justru mengkhianati Raden Trunojoyo, sosok yang membantunya meraih takhta. Amangkurat II merasa terancam dengan kekuatan dan pengaruh Trunojoyo yang semakin besar.
Dengan licik, Amangkurat II memutarbalikkan fakta dan menyebarkan isu bahwa Trunojoyo berencana melakukan kudeta. Ia berhasil meyakinkan para bangsawan dan rakyat bahwa Trunojoyo adalah ancaman bagi Mataram.
Pasukan Mataram yang dipimpin Amangkurat II akhirnya berhasil menangkap Trunojoyo. Sang pemberontak Madura itu pun dihukum mati dengan tragis. Amangkurat II menunjukkan bahwa ia adalah penguasa yang kejam dan haus kekuasaan, bahkan rela mengorbankan sekutunya sendiri.
Skandal Asmara Terlarang di Balik Dinding Keraton
Tak hanya intrik politik, kehidupan pribadi Amangkurat II juga diwarnai skandal asmara. Ia menjalin hubungan terlarang dengan istri adiknya sendiri, Raden Ayu Singasari. Skandal ini menjadi rahasia umum di lingkungan keraton.
Ironisnya, Raden Ayu Singasari juga terlibat cinta terlarang dengan pria lain, yaitu Pangeran Dhobras. Pangeran Dhobras adalah putra Pangeran Pekik dari Surabaya, yang tak lain adalah kakek Amangkurat II dari pihak ibu.
Mengetahui perselingkuhan istrinya, adik Amangkurat II yang bernama Pangeran Singasari murka. Ia pun merencanakan balas dendam. Pangeran Singasari akhirnya berhasil membunuh Pangeran Dhobras.
Amangkurat II, yang mengetahui skandal asmara adik iparnya, justru memanfaatkan situasi tersebut untuk kepentingannya sendiri. Ia berpura-pura bersimpati kepada adiknya dan mengipasi api kemarahannya.
Amangkurat II: Penguasa Penuh Tipu Daya
Kisah Amangkurat II memberikan gambaran tentang intrik politik dan kehidupan pribadi yang penuh dengan kelicikan, pengkhianatan, dan skandal. Ia adalah penguasa yang haus kekuasaan dan tak segan mengorbankan siapa pun demi mencapai tujuannya.
Jejak sejarah Amangkurat II menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kekuasaan dapat mengubah seseorang dan bagaimana intrik politik dapat menghancurkan sebuah kerajaan.***